Zhang Da: Kisah Inspiratif dari Tiongkok
Di provinsi Zhejiang, China, ada seorang anak laki laki bernama Zhang
Da. Zhang Da waktu itu masih menderita karena hidup miskin dan ayah
yang sakit keras.
Sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang ayah yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi itu memaksa si bocah untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat. Selain harus bersekolah, ia juga harus mencari makan untuk ayahnya dan dirinya sendiri. Ia harus memikirkan obat obatan untuk ayahnya yang tentunya tidak murah.
Dia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Namun yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan tanpa perlu melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggung jawab untuk meneruskan kehidupannya dan ayahnya. Demikian ungkap Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia memulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai ke sekolah ia harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, ia mulai memakan daun-daunan, biji-bijian, dan buah-buahan yang dia temui. Kadangkala dia juga menemukan sejenis jamur atau rumput dan dia mencoba memakannya. Dia pun akhirnya tahu tumbuhan mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa dia makan.
Setelah jam pulang sekolah, di siang hari dan juga sore hari, dia mergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu dia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk ayahnya. Hidup seperti itu dia jalani selama lima tahun, tetapi badannya tetap sehat, segar, dan kuat. Tak hanya itu, dia juga merawat ayahnya.
Dia menggendong ayahnya ke WC, dia menyeka dan sesekali memandikan ayahnya. Dia membeli beras, membuat bubur, dan segala urusan untuk mempertahankan kelangsungan hidup ayahnya dan dirinya. Semua itu dikerjakannya dengan rasa tanggung jawab dan kasih. Semua pekerjaan itu menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.
Obat yang dibeli cukup mahal baginya, lagipula tempat berobat juga cukup jauh sehingga Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik mengatasi semua itu. Sejak umur 10 tahun, dia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang dia beli. Yang membuatnya semakin luar biasa adalah dia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi suntikan kepada pasiennya. Setelah merasa mampu, dia nekad untuk menyuntik ayahnya sendiri.
Zhang Da adalah anak yang cerdas dan kreatif karena mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya. Pekerjaan menyuntik ayahnya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun hingga dia berusia 15 tahun. Zhang Da pun sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat, maka mereka pun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang tinggi kepadanya. Dia sangat memperhatikan ayahnya, hidup pantang menyerah, dan mau bekerja keras. Tindakan dan perkataannya sungguh menyentuh hati.
Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27 Januari 2006, pemerintah China, di provinsi Jiangxu, kota Nanjing, yang kemudian disiarkan secara nasional ke seluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada sepuluh orang luar biasa, salah satunya Zhang Da.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis, dan orang orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah dimana, dan apa yang kamu rindukan terjadi dalam hidupmu ? berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah ? Mau kuliah dimana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam – idamkan sebut saja, disini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televise, mereka bisa membantumu!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa apa. MC kembali berkata kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu.”
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar dia pun menjawab, “Aku mau ibu kembali. Ibu kembalilah ke rumah, aku bisa membantu ayah, aku bisa membantu ayah, aku bisa cari makan sendiri, Ibu kembalilah!” demikian Zhang Da berbicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu. Dia tidak minta kemudahan untuk pengobatan ayahnya, dia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya. Dia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit. Tapia pa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. “Aku mau ibu kembali,” sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak melihat ibunya pergi meninggalkan dia dan ayahnya.
Sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang ayah yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi itu memaksa si bocah untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat. Selain harus bersekolah, ia juga harus mencari makan untuk ayahnya dan dirinya sendiri. Ia harus memikirkan obat obatan untuk ayahnya yang tentunya tidak murah.
Dia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Namun yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan tanpa perlu melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggung jawab untuk meneruskan kehidupannya dan ayahnya. Demikian ungkap Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia memulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai ke sekolah ia harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, ia mulai memakan daun-daunan, biji-bijian, dan buah-buahan yang dia temui. Kadangkala dia juga menemukan sejenis jamur atau rumput dan dia mencoba memakannya. Dia pun akhirnya tahu tumbuhan mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa dia makan.
Setelah jam pulang sekolah, di siang hari dan juga sore hari, dia mergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu dia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk ayahnya. Hidup seperti itu dia jalani selama lima tahun, tetapi badannya tetap sehat, segar, dan kuat. Tak hanya itu, dia juga merawat ayahnya.
Dia menggendong ayahnya ke WC, dia menyeka dan sesekali memandikan ayahnya. Dia membeli beras, membuat bubur, dan segala urusan untuk mempertahankan kelangsungan hidup ayahnya dan dirinya. Semua itu dikerjakannya dengan rasa tanggung jawab dan kasih. Semua pekerjaan itu menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.
Obat yang dibeli cukup mahal baginya, lagipula tempat berobat juga cukup jauh sehingga Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik mengatasi semua itu. Sejak umur 10 tahun, dia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang dia beli. Yang membuatnya semakin luar biasa adalah dia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi suntikan kepada pasiennya. Setelah merasa mampu, dia nekad untuk menyuntik ayahnya sendiri.
Zhang Da adalah anak yang cerdas dan kreatif karena mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya. Pekerjaan menyuntik ayahnya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun hingga dia berusia 15 tahun. Zhang Da pun sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat, maka mereka pun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang tinggi kepadanya. Dia sangat memperhatikan ayahnya, hidup pantang menyerah, dan mau bekerja keras. Tindakan dan perkataannya sungguh menyentuh hati.
Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27 Januari 2006, pemerintah China, di provinsi Jiangxu, kota Nanjing, yang kemudian disiarkan secara nasional ke seluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada sepuluh orang luar biasa, salah satunya Zhang Da.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis, dan orang orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah dimana, dan apa yang kamu rindukan terjadi dalam hidupmu ? berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah ? Mau kuliah dimana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam – idamkan sebut saja, disini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televise, mereka bisa membantumu!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa apa. MC kembali berkata kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu.”
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar dia pun menjawab, “Aku mau ibu kembali. Ibu kembalilah ke rumah, aku bisa membantu ayah, aku bisa membantu ayah, aku bisa cari makan sendiri, Ibu kembalilah!” demikian Zhang Da berbicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu. Dia tidak minta kemudahan untuk pengobatan ayahnya, dia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya. Dia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit. Tapia pa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. “Aku mau ibu kembali,” sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak melihat ibunya pergi meninggalkan dia dan ayahnya.