Ingin Ubah Nasib, Orang Jepang Demam Operasi Garis Tangan


Dunia ramal-meramal kini mulai dikait-kaitkan dengan operasi plastik. Setelah sekian lama Korea membanjiri dunia dengan isu seputar operasi plastik yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakatnya, kini Jepang memulai tren baru dalam operasi plastik, yaitu operasi telapak tangan.
Dilansir dari businessinsider.com, antusiasme terhadap ilmu meramal lewat garis tangan mulai mempertanyakan apakah mengubah garis tangan dengan operasi plastik bisa mengubah keberuntungan nasib mereka.
Takaaki Matsuoka adalah seorang dokter bedah plastik yang pernah dimintai tolong pada tahun 2011, mengaku bahwa dirinya tak pernah mendengar adanya hubungan antara kedua hal tersebut. Ia memberikan contoh bahwa di Korea pernah terjadi operasi semacam ini, namun berakhir dengan luka yang membekas pada tangan pasien di sana.
Klinik Matsuoka sendiri sudah melayani 37 prosedur operasi semacam ini. Setiap operasi menghabiskan 10-15 menit saja dengan membuat sekitar 10 garis tangan di telapak pasien. Penyembuhan ini memakan waktu sekitar beberapa bulan. Biaya untuk operasi ini mencapai $1000 atau sekitar Rp 10 Juta.
Kebanyakan pasien yang menginginkan layanan ini berusia 30 tahun ke atas, berjenis kelamin pria dan wanita yang umumnya sangat percaya pada ramalan keberuntungan. Bagi para pria, mereka ingin garis tangan yang lebih menggambarkan kesuksesan dan peningkatan keuangan. Sementara bagi para wanita, mereka ingin garis tangan yang menguntungkan mereka dalam dunia cinta dan pernikahan.
Meski Takaaki Matsuoka sendiri tak begitu meyakini hubungan antara pengubahan garis tangan lewat operasi dengan berubahnya nasib mereka, namun ia mengaku bahwa beberapa orang memberikan feedback yang positif, misalnya mereka yang pada akhirnya menikah atau mereka yang memenangkan undian setelah melakukan operasi.
"Kalau mereka pikir mereka beruntung, maka mereka akan beruntung," ujarnya. "Sepertinya bukan garis tangan yang benar-benar mendefinisikan kehidupan mereka, pada dasarnya itu hanya kerutan."
Well, bisa saja keberuntungan yang dimaksud adalah sugesti? Entahlah, hidup ini pilihan untuk meyakini sesuatu dalam hidup Anda. Percaya dengan ramalan garis tangan?


Sumber

Pasangan Vampir Sungguhan, Selalu Minum Darah Satu Sama Lain


Anda pernah menonton film Twilight? Film tersebut menceritakan seorang vampir tampan bernama Edward yang jatuh hati pada manusia. Akhirnya, sang gadis bersedia menjadi vampir karena dia juga mencintai Edward. Kisah tersebut sangat manis, dan ternyata ada pasangan ‘vampir’ di dunia nyata yang saling minum darah satu sama lain.




Dilansir dari situs The Sun, nama pasangan yang unik ini adalah Lia (20 tahun) dan Aro (38 tahun). Yang membuat mereka jadi pasangan unik bukan usia yang terpaut jauh atau status Aro yang merupakan ayah lima anak, tetapi kesukaan mereka untuk sama-sama menyukai darah, karena mereka percaya bahwa mereka adalah vampir.

“Saat pertama kali bertemu, saya tahu bahwa Aro adalah belahan jiwaku,” ujar Lia. “Ketika dia mengatakan bahwa dia adalah vampir, hal itu menarik. Saya tidak tahu bahwa vampir benar-benar ada, tapi saya berharap mereka memang ada,” lanjutnya.
Tidak menunggu waktu lama, Lia yang awalnya adalah manusia berubah menjadi ‘vampir’. Vampir biasanya menggigit leher untuk mengubah manusia menjadi vampir, tetapi Lia dan Aro cukup minum darah satu sama lain agar lebih dekat dan memiliki cinta yang kekal.




“Aro memotong lengan belakangnya dan menawarkan darahnya pada saya. Lalu saya juga melukai diri sendiri agar dia bisa minum darah saya,” ujar Lia.
Setelah berubah jadi ‘vampir’, Lia kecanduan darah. Dia harus minum darah empat kali dalam seminggu. Jika tidak minum darah, dia akan merasa lemas. Biasanya mereka akan membeli darah dari rumah pemotongan hewan. Meski demikian, mereka mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu takut.
“Kami tidak akan sembarangan menggigit orang di jalan. Kami hanya saling minum darah (Aro minum darah Lia, Lia minum darah Aro),” tambah Lia.
Pasangan ini mengaku hubungan mereka tidaklah mulus, ayah Lia awalnya tidak setuju dengan hubungan ini, tetapi sekarang sang ayah sudah bisa menerima Aro.



Top Motivasi: Mental Juara itu Perlu !


Pengaruh Mental Juara Bisa Terlihat Dalam Sebuah Kompetisi.

Saya seringkali menonton sepak bola dan mengikuti kompetisinya. Yang cukup menarik ialah bagaimana peran mental juara terhadap keberhasilan sebuah tim. Ternyata, memiliki pemain dengan keterampilan yang mumpuni saja tidak cukup.

Seringkali sebuah tim bertabur bintang tidak bisa menjadi juara, bukan karena masalah kemampuan fisik tetapi justru karena hilangnya mental juara.

Pengaruh mental pada pertandingan memang dengan mudah bisa kita lihat. Misalnya dalam pertandingan sepak bola, tuan rumah selalu memiliki peluang menang lebih besar dibandingkan saat bertamu karena mendapatkan dukungan mental dari penonton. Ini menunjukkan bahwa peran mental juara dalam sebuah pertandingan sangat besar.

Mental Juara Bukan Untuk Olah Raga Saja

Tentu saja, yang dimaksud mental juara itu bukanlah dalam bidang olah raga saja. Bukan dalam pertandingan saja, tetapi juga untuk berbagai bidang lainnya.

Mental Juara Diperlukan Dalam Karir

Yup, jika Anda ingin memiliki karir yang sukses, langkah pertamanya adalah Anda harus membangun mental juara. Banyak karyawan dengan potensi yang luar biasa, tetapi karena tidak memiliki mental juara, maka semua potensinya terabaiknya. Dia tidak tidak mau memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya sehingga tidak menjadi yang terbaik.

Juara Dalam Bisnis = Untung Besar

Jika Anda memiliki produk atau jasa juara, maka produk dan jasa Anda akan lari manis. Jika Anda memasarkan produk dengan cara juara (baca yang terbaik) maka dia pun akan mendapatkan hasil yang terbaik. Siapa pun suka yang terbaik. Jika Anda terbaik dalam bisnis Anda, maka otomatis Anda akan mendapatkan untung yang terbaik.

Juara Sejati Memiliki Sikap Sportif

Quote:Tentu saja, yang dimaksud disini bukan cara meraih juara dengan menghalalkan segala cara. Seorang juara sejati akan selalu bertindak sportif. Apa jadinya jika kita juara tetapi didapat dengan cara yang tidak baik? Maka sesungguhnya gelar juara akan terasa semua. Anda tidak benar-benar juara, hanya secara resmi saja.

Berlaku curang, sikut kiri sikat kanan, dan mencuri start bukanlah sikap seorang juara sejati. Juara sejati berusaha untuk menjadi yang terbaik, bukan sekedar mencari gelar juara. Selalu ingin menjadi yang terbaik adalah mental juara yang benar, bukan sekedar mendapatkan gelar, penghargaan, bonus, atau piala.

Mulailah Dengan Percaya Diri

Salah satu mental juara itu adalah percaya diri. Dia yakin bahwa dia mampu menjadi juara. Hanya orang yang percaya dirilah yang berani masuk gelanggang untuk bertanding. Percaya dirilah yang akan menjadi dia bertindak dengan cara yang terbaik.

Juara Itu Bukan Berarti Sombong

Seorang juara sejati akan bertindak, kemudian melakukan apa yang dia lakukan sebaik mungkin. Bukan dengan cara hanya omdo (omong doank) sambil menjatuhkan dan menjelekan lawannya. Sikap seperti ini sama sekali tidak menggambarkan mental juara. Justru, sikap sombong datang karena dia tidak percaya diri menjadi juara. Dia akan berusaha menjatuhkan lawan dengan omongan supaya dia dianggap juara.

Juara Sejati Mengakui dan Menerima Kekalahan

Dia tahu, bahwa kekalahan bukanlah kiamat. Mungkin dia tidak menjadi juara pada pertandingan kali ini. Tetapi dia tidak berhenti, dia mengambil hikmah sehingga pada pertandingan berikutnya dia bisa tampil lebih baik lagi. Dia tidak menyesal, tidak terpukul, dan tidak juga menyalahkan lawan. Menyalahkan lawan hanya akan menutup mata kita melihat kekurangan diri untuk diperbaiki.

Apakah Anda memiliki mental juara? Apakah Anda ingin membangun mental juara?


Sumber

Nu Wa Pencipta Manusia


Yang paling terkenal dari legenda Tiongkok kuno adalah Nu Wa menciptakan manusia. Menurut mitos, semua orang Tionghoa adalah keturunannya.

Angkatan pertama manusia tanah liat yang dibuat oleh Nu Wa, persis seperti boneka, tanpa keidupan, pikiran, atau gerakan. Nu Wa tidak puas dengan mereka, jadi dia bernafas kearah manusia tanah liat tersebut, memberikan mereka jiwa. Segera, mereka berubah menjadi manusia hidup.

Tapi manusia-manusia ini tidak memiliki kebijakan dan kemampuan untuk menanggung perubahan dari luar. Mereka tidak bisa menahan emosi mereka dan tidak memiliki pemahaman tentang bagaimana cara mengatasi perubahan lingkungan mereka.

Mereka tidak punya logika atau pikiran benar dan cenderung mudah mati. Ketika satu kelompok manusia ini meninggal, Nu Wa harus membuat manusia baru lagi. Pekerjaan yang membosankan dan tiada henti.

Nu Wa memberi manusia beberapa kebijaksanaan dan menciptakan alat musik untuk mereka. Dengan musik, lagu dan tarian dikembangkan. Manusia kemudian bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan menyanyi dan menari. Sejak saat itu, mereka memiliki budaya untuk mengatur dan memperkaya kehidupan mereka.

Nu Wa meciptakan pernikahan antara laki-laki dan perempuan hidup bersama dan mengembangbiakkan generasi mereka sendiri, sehingga memecahkan masalah punahnya manusia.

Perlahan-lahan manusia belajar untuk mendisiplinkan diri dan menangani perubahan yang tak terduga di lingkungan mereka. Seiring waktu, sejarah manusia, budaya, dan aspek lainnya dibentuk dan tumbuh sedikit demi sedikit. Dengan berjalannya waktu, hidup sederhana mereka tumbuh dari tidak ada apa-apa menjadi kaya akan budaya dan peradaban.


Sumber

Pangu Ciptakan Langit dan Bumi


Mitos Tiongkok kuno menggambarkan tentang bagaimana langit dan bumi diciptakan, asal-usul manusia, dan munculnya kebudayaan. Mereka adalah bagian dari warisan budaya Tiongkok 5.000 tahun.

Misalnya, mitos-mitos kuno yang menceritakan kisah tentang bagaimana bumi terbentuk. Pada zaman dahulu, para orang tua menceritakan kepada anak-anak mereka bahwa alam semesta diciptakan oleh Pangu.

Jauh sebelum alam semesta diciptakan, ada sebuah telur besar. Dari dalam telur ini, Pangu dilahirkan. Pangu tertidur dalam telur besar ini selama 18.000 tahun. Ketika ia terbangun, hanya ada kegelapan di dalam telur. Pangu meregangkan tangan dan kakinya, membuat telur pecah terbuka. Qi ‘Yang’ yang terang benderang terbang dan membentuk langit biru yang luas. Pada saat yang sama, Qi ‘Yin’ yang berat dan tebal tenggelam dan menjadi bumi. Sejak itu, alam semesta terdiri dari langit dan bumi.

Saat Pangu berdiri di antara langit dan bumi, hari demi hari langit semakin terangkat lebih tinggi dan bumi berkembang menjadi lebih luas dan tebal. Dengan cara ini, Pangu tumbuh lebih tinggi dan lebih tinggi. Peristiwa ini berlangsung selama 18.000 tahun hingga akhirnya langit tidak terangkat lagi dan bumi tidak tenggelam lebih rendah. Dengan demikian, Pangu menjadi raksasa yang menopang langit dan bumi, dan dengan cara ini alam semesta tidak akan kembali ke keadaan kacau.

Pangu adalah orang satu-satunya yang berada diantara langit dan bumi. Keadaan dunia mengikuti keadaan emosinya. Ketika ia senang langit menjadi cerah tak berawan, dan ketika ia marah cuaca menjadi mendung. Air mata-Nya membawa hujan dan desahan-Nya membawa angin kencang. Ketika ia berkedip, langit menyala dengan petir, dan ketika ia mendengkur, suara guntur bergemuruh.

Bertahun-tahun berlalu, langit begitu tinggi, dan bumi begitu tebal. Pangu berhasil menyelesaikan misinya dan tubuhnya berubah menjadi matahari, bulan, bintang, gunung, sungai, dan tanaman, dll Dengan cara ini, ia tanpa pamrih mendedikasikan seluruh tubuhnya bagi masa depan manusia.

Berasal dari manakah orang-orang Tionghoa, legenda Tiongkok kuno memberitahu kita bahwa Nu Wa menciptakan manusia dan semua manusia adalah keturunan dia.

Pakai Bikini Di Kota Ini Bakal Kena Denda


Kota yang terletak di pinggir pantai memang memiliki pesona tersendiri. Banyak wisatawan yang datang ketika musim panas dan menghabiskan waktu dengan berjemur dan melakukan aktivitas di sepanjang bibir pantai. Pantai identik dengan pakaian renang dan bikini, namun rupanya Vietri sul Mare, salah satu kota pantai di selatan Italia ini membuat peraturan yang mengagetkan dan mungkin susah diterima oleh wisatawan yang datang ke sana.
Kota yang terletak di Provinsi Salerno ini akan mendenda siapa saja yang ketahuan mengenakan pakaian renang sangat minim atau bikini di depan umum. Peraturan ini bukan dibuat tanpa alasan, pemerintah kota Vietri Sul Mare mengatakan bahwa mereka gerah dengan orang-orang yang mondar mandir hanya dengan menggunakan bikini dan mengabaikan norma kesopanan yang ada selama ini. Dewan kota Mare berharap bahwa peraturan ini dapat mencegah orang menampilkan terlalu banyak bagian tubuh mereka ketika sedang berada di luar area pantai di Vietri Sul Mare.
Peraturan ini sebenarnya sudah dibuat sejak tahun 2010 namun sempat timbul tenggelam karena kurangnya sosialisasi. Namun tahun ini peraturan itu kembali ditegaskan karena walikota Mare yang sekarang. Denda bagi yang melanggar peraturan ini juga cukup besar, yaitu sekitar 6,5juta rupiah. "Menegakkan hukum merupakan hal yang sangat penting untuk menggambarkan citra kota ini," kata Juru bicara kota, Andrea Pellegrino, kepada surat kabar the Local dan dikutip dari merdeka.com. Pemerintah kota Mare ingin membuat kota ini menjadi kota yang santun, sopan dan dirindukan untuk didatangi lagi.
Dengan digalakkannya lagi peraturan ini, diharapkan wisatawan hanya memakai bikini di sekitar pantai dan memakai baju yang sopan ketika berjalan-jalan di kota atau sudah tidak lagi berada di area pantai. Walaupun Italia termasuk negara bebas, namun ternyata pemerintah di sana masih peduli dengan moral dan norma kesopanan. Bagaimana dengan Indonesia?


Cing Bing : Budaya Tradisional Hormati Arwah Leluhur


Konon, hari raya Cing Bing atau Qing Ming (清 明節, baca: ching ming = cerah dan cemerlang) pada awalnya adalah ritual “pembersihan makam” oleh para kaisar, raja dan petinggi negara lainnya pada zaman dahulu kala, kemudian ditiru oleh rakyat kebanyakan dengan memberi persembahan kepada leluhur dan membersihkan/merawat makam pada hari yang sama, diteruskan turun temurun sehingga menjadi semacam adat istiadat yang baku bagi suku bangsa Tionghoa.

Menurut hasil survei pada hari Cing Bing yang jatuh pada 5 April setiap tahun, peziarah di Tiongkok kali ini diduga melebihi 120 juta orang.

Bagi orang Tionghoa yang memiliki tradisi setia, berbakti, murah hati dan keakraban, hari raya Cing Bing adalah merawat, membersihkan makam untuk mengenang para leluhur.

Sedangkan bagi etnis Tionghoa yang berada di luar Tiongkok, setiap pada hari tersebut, kerinduan terhadap kampung halaman akan terasa lebih kental, jadilah perayaan Cing Bing sebagai tradisi orang Tionghoa untuk menelusuri dan mengenang suasana “kebudayaan leluhur”, di dalam kehangatan keluarga dan kerabat, menunaikan pengembalian identitas asal dan meneruskan akar nadi.

Dalam masyarakat Tiongkok, diantara perayaan-perayaan tradisional yang ada, hari raya Cing Bing merupakan salah satu dari “8 perayaan” penting (antara lain: Imlek, Pek Cun yang terkenal dengan kue bakcang, Tiongjiu yang terkenal dengan kue Tiong Jiu Pia, dan lain-lain). Pada umumnya ditentukan pada 5 April tahun masehi, tetapi masa perayaannya cukup panjang, terdapat 2 macam ketentuan yakni 10 hari sebelum dan 8 hari sesudah atau 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah, jumlah hari yang hampir 20 hari lamanya tersebut termasuk hari Cing Bing.
Asal mula

Hari Cing Bing bermuasal dari zaman Chun Qiu Zhan Guo (Musim semi-gugur dan negara saling berperang, abad 11–3 SM), adalah salah satu hari perayaan tradisional suku Han (suku mayoritas di Tiongkok), sebagai salah satu dari 24 Jie Qi (sistem kalender Tiongkok), waktunya jatuh antara sebelum dan sesudah 5 April Masehi.

Sesudah hari Cing Bing, di Tiongkok semakin banyak hujan, bumi dipenuhi dengan panorama kecemerlangan musim semi. Pada saat itu semua makhluk hidup “melepaskan yang lama dan memperoleh yang baru”, tak peduli apakah itu tanaman di dalam bumi raya, atau tubuh manusia yang hidup berdampingan secara alamiah, semuanya pada saat itu menukar pencemaran yang diperoleh pada musim dingin/salju untuk menyambut suasana musim semi dan merealisasi perubahan dari Yin (unsur negatif) ke Yang (unsur positif).

Konon, sesudah Yu agung (大禹, raja pada zaman Tiongkok kuno, abad ke-22 SM) menaklukkan sungai, maka orang-orang menggunakan kosa kata Qing Ming (di Indonesia terkenal dengan Cing Bing) untuk merayakan bencana air bah yang telah berhasil dijinakkan dan kondisi negara yang aman tenteram.

Pada saat itu musim semi nan hangat bunga bermekaran, seluruh makhluk hidup bangkit, langit cerah bumi cemerlang, adalah musim yang baik untuk berkelana menginjak rerumputan (Ta Qing). Kebiasaan tersebut telah dimulai sejak dinasti Tang (618-907).

Saat Ta Qing, orang-orang selain dapat menikmati panorama indah musim semi, juga sering dilangsungkan beraneka kegiatan hiburan untuk menambah gairah kehidupan.

Hari raya Cing Bing adalah musim berziarah ke makam, sebetulnya membersihkan makam adalah makna dari hari festival makanan dingin (寒食節) yakni 1 hari sebelum Cing Bing.

Kaisar Tang Xuanzong memerintahkan seluruh negeri agar “berziarah pada hari festival makanan dingin”. Berhubung festival makanan dingin berdempetan dengan Cing Bing maka lambat laun digabung dan terwariskan menjadi pembersihan makam pada Hari Cing Bing saja.

Pada zaman dinasti Ming (1368-1644) dan Qing/Mancu (1616-1911) Cing Bing berziarah ke makam semakin populer. Berziarah ke makam pada zaman dahulu, anak-anak seringkali bermain layang-layang. Ada yang memasangi seruling bambu pada badan layang-layang, yang berbunyi tatkala angin (Feng, 風) berhembus melaluinya, bagaikan bunyi alat musik zaman kuno yang disebut Zheng (箏), konon demikianlah asal usul nama layang-layang, dalam bahasa mandarin ialah: Feng Zheng (風箏, harfiah: Zheng yang dibunyikan oleh angin)
Adat dan istiadat

Adat istiadat hari raya Cing Bing sangat kaya dan menyenangkan, selain menganjurkan pati geni (tidak memasak/ menyalakan api), berziarah, juga ada serangkaian kegiatan seperti berkelana, berayun, sepak bola, menancapkan ranting pohon Willow dan lain-lain.

Konon ini dikarenakan pada hari Cing Bing tidak boleh memasak dan harus mengonsumi makanan dingin, maka untuk mencegah timbulnya dampak pada kesehatan, semua orang mengikuti sejumlah kegiatan di luar ruangan agar tetap fit. Oleh karena itu, di dalam acara tersebut selain bersembahyang di makam baru, dengan suasana haru dan penuh duka, pada kegiatan menginjak rumput/ berkelana juga terdapat suara tertawa riang, ini adalah sebuah acara yang penuh keunikan.

Bermain ayunan Qiu Qian (鞦韆): ini adalah adat kebiasaan hari Cing Bing zaman kuno. Sejarahnya panjang, ayunan pada zaman dulu kebanyakan menggunakan dahan sebagai rangka kemudian ditambatkan selendang atau tali. Akhir-nya berkembang menjadi 2 utas tali ditambah papan kayu sebagai pijakan kaki yang dipasang pada rangka balok kayu yang hingga kini digemari, terutama oleh anak-anak seluruh dunia.

Cu Ju (蹴鞠, sepak bola kuno): Ju adalah semacam bola yang terbuat dari kulit, di dalam bola tersebut diisi bulu hingga padat. Cu Ju menggunakan kaki untuk menyepak bola. Ini adalah semacam permainan yang digemari oleh orang-orang pada saat Cing Bing pada zaman kuno. Konon ditemukan oleh Huang Di (kaisar Kuning), pada awalnya bertujuan untuk melatih kebugaran para serdadu.

Menanam pohon: sebelum dan sesudah Cing Bing, matahari musim semi menyinari, hujan rintik musim semi betebaran, menanam tunas pohon berpeluang hidup tinggi dan dapat tumbuh dengan cepat. Maka, semenjak zaman kuno, di Tiongkok terdapat kebiasaan menanam pohon di kala Cing Bing. Ada orang menyebut hari Cing Bing sebagai “hari raya penanaman pohon”. Kebiasaan ini berlangsung hingga hari ini.

Bermain Layang-layang: juga merupakan kegiatan yang populer di saat musim Cing Bing. Setiap musim Cing Bing, selain pagi hari, orang-orangpun bermain layang pada malam hari. Pada kegelapan malam, di bawah layang-layang atau pada posisi benang-tarik digantungi serentetan lampion kecil, seperti selebritis yang cemerlang, disebut “Lampu dewata”.

Dahulu, ada orang setelah layang-layang berkibar di langit biru, memutus talinya, mengandalkan angin mengantarnya ke tempat nan jauh, konon ini bisa menghapus penyakit dan melenyapkan bencana serta mendatangkan nasib baik bagi diri sendiri.

Merawat atau membersihkan makam: Merawat makam di hari Cing Bing, dikatakan sebagai suatu tindakan untuk menghormat dan mengenang para leluhur. Kebiasaan membersihkan makam sudah ada sebelum dinasti Qin (221-206 SM), tetapi tidak harus dilangsungkan pada hari Cing Bing, berziarah membersihkan makam saat Cing Bing adalah masalah setelah Dinasti Qin. Dan sesampainya Dinasti Tang kebiasaan baru mulai menjadi populer.

Menancapkan pohon Willow: konon, kebiasaan menancapkan dahan willow (pohon Yangliu), juga demi memperingati Shen Nong Shi, yang dianggap sebagai guru leluhur pertanian dan pengobatan. Di sebagian tempat, orang-orang menancapkan dahan willow di bawah teritisan rumah, untuk meramalkan cuaca. Sesuai pameo kuno “Kalau dahan willow hijau, hujan rintik-rintik; kalau dahan willow kering, cuaca cerah”. Willow memiliki daya hidup sangat kuat, dahannya cukup ditancapkan langsung hidup, setiap tahun menancapkan dahan willow, dimana-mana rimbun.
Etnis Tionghoa rayakan Cing Bing

Semakin jauh dari tanah leluhur, perasaan sentimental dan nostalgia sepertinya semakin mendalam saja, di pelosok dunia dimana ditemukan orang etnik Tionghoa, setiap Cing Bing tahunan, pasti mereka mengikuti adat istiadat, menerawang negeri leluhur dari lokasi kejauhan dan mengirimkan kerinduan dari jauh melalui perayaan. Hari Cing Bing menjadi salah satu hari perayaan paling ramai dari tiga hari raya besar (tahun baru imlek, Cing Bing dan hari Tiongjiu) di wilayah pecinan.
Etnis Tionghoa di Indonesia

Indonesia adalah negara dengan penduduk etnis Tionghoa terbanyak di dunia, terdapat sekitar 15 juta orang yang hidup di sini yang selalu meneruskan adat pembersihan makam dan bersembahyang kepada leluhur pada hari Cing Bing.

Di dalam nilai kehidupan masyarakat Tionghoa, berbakti (Xiao, 孝), ditempatkan pada urutan pertama, sedangkan pembersihan makam dan sembahyang leluhur juga adalah semacam perwujudan jalan Xiao (berbakti kepada orang tua atau leluhur).

Tatkala pada 1999 Indonesia memasuki era reformasi demokrasi, pemerintah telah menghapus larangan yang bersifat diskriminatif dan membatasi etnis Tionghoa merayakan hari kebudayaan tradisional, maka orang Tionghoa di seluruh pelosok menggunakan berbagai cara untuk melewati hari raya Imlek, Yuan Xiao (15 hari sesudah tahun baru Imlek, yang biasanya dimeriahkan dengan hidangan lontong cap go meh) dan Cing Bing, pada generasi yang lebih tua mereka akan lebih mengutamakan Cing Bing.

Sebelumnya, etnis Tionghoa kebanyakan menyembah arwah leluhur di altar rumah, belakangan ini setiap nama marga memiliki kantor perkumpulan sendiri, maka para kerabat setelah berkumpul dan melakukan persembahan kepada leluhur lantas makan siang bersama, untuk mengakrabkan hubungan satu sama lain.

Ada pula yang menggunakan peluang ini untuk memberi bea siswa kepada kerabat muda yang berprestasi bagus, hal ini mewujudkan tradisi prima kaum etnis Tionghoa yang menghargai jasa para leluhur dan mau memberi semangat generasi muda agar giat belajar.

Pada masa Cing Bing, di beberapa tempat diadakan reuni sekolah dan kegiatan lainnya, dengan tujuan untuk memperdalam persahabatan. Lebih banyak lagi etnis Tionghoa yang berziarah secara sekeluarga ke makam leluhur, atau ke kuil menyulut dupa dan memohon rezeki.

Beberapa tahun belakangan ini, dalam situasi orang Tionghoa boleh menikmati dengan bebas perayaan kebudayaan dan “demam belajar bahasa Mandarin”, generasi baru orang Tionghoa di Indonesia mulai menghargai kebudayaan Tionghoa.


Sumber