Adat Istiadat tentang Malam Menjelang Hari Tahun Baru Imlek


Malam tanggal 30 bulan ke-12 penanggalan Imlek, atau chuxi dalam bahasa Tionghoa adalah malam terakhir menjelang hari Tahun Baru Imlek. Chuxi dalam bahasa Tionghoa berarti mencabut malam terakhir supaya menyongsong kedatangan tahun yang baru.
Di antara rakyat Tiongkok, adat istiadat mengenai chuxi banyak sekali. Pada beberapa hari menjelang chuxi, rakyat Tiongkok mempunyai tradisi untuk melakukan pembersihan besar-besaran di rumah. Pada hari terakhir bulan ke-12, baju yang sobek dan lauk-pauk yang belum habis dimakan akan dibuang menjelang datangnya hari Tahun Baru Imlek, dengan maksud agar kemiskinan tidak menjumpai rumah itu.
Setelah pembersihan, seisi keluarga akan mulai memasang kuplet dan lampion perayaan Tahun Baru Imlek, dalam rangka menciptakan suasana riang gembira. Pada malam tanggal 30 bulan ke-12 menjelang hari Tahun Baru Imlek, yaitu chuxiye, seisi keluarga akan berkumpul untuk makan bersama-sama.
Adat istiadat tentang makan malam pada hari chuxi berbeda dari tempat ke tempat di Tiongkok. Di bagian selatan, lauk-pauk yang disajikan pada malam itu harus meliputi tahu dan ikan, yang dalam bahasa Tionghoa lafalnya sama dengan “kaya dan kemakmuran”. Di bagian utara, jiaozi adalah makanan yang tak boleh kurang pada malam chuxi. Jiaozi dalam bahasa Tionghoa melambangkan reuni keluarga.
Pada malam menjelang hari Tahun Baru Imlek, biasanya orang tua akan membawa anaknya ke sanak saudara dan handai taulannya untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek. Sedang di rumah, generasi muda juga harus mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada generasi tua, dan generasi tua harus memberikan hadiah kepada bocah yang belum dewasa.
“Shoushui” atau tidak tidur pada malam menjelang hari Tahun Baru Imlek adalah kegiatan yang umumnya dilakukran rakyat Tiongkok. Anak-anak kecil paling gembira melakukan kegiatan “shoushui” karena bisa merayakan hari raya bersama dengan orang dewasa semalam suntuk, yang penuh dengan suasana riang gembira.


“Bakpao” Makanan Tradisional Tionghoa


Bakpao merupakan makanan tradisional dari Tionghoa. Menurut bahasa Hokkian bakpao berasal dari kata Bak dan Pao. Bak itu berarti daging dan Pao berarti “bungkusan”, jadi bakpao berarti “bungkusan (berisi) daging”.

Bakpao adalah penganan seperti roti, berbentuk seperti tempurung tertelungkup, terbuat dari terigu yang dikukus dengan isi daging, ayam, sayur-sayuran, kacang hijau, selai kacang kedelai, kacang azuki, dan sebagainya, sesuai selera. Bahkan sekarang sudah ada varian baru untuk isi bakpao yang dijual di pasaran, misalnya selai strawberry, cokelat, keju, dan sebagainya. Untuk membedakan isi bakpao biasanya diatas bakpao penjual memberi titikan warna.

Bakpao memiliki sejarah yang sangat berarti bagi masyarakat Tiongkok. Sejarah bakpao merupakan salah satu bagian terkecil dari roman terbaik sepanjang masa, Sānguó Yǎnyì. Penemu legendaris bakpao adalah Zhuge Liang yang merupakan ahli strategis terbaik Cina, perdana menteri, insinyur, dan ilmuwan. Legenda ini berawal ketika terjadi pemberontakan besar-besaran di daerah selatan Tiongkok. Dalam setiap peperangan, Liang tidak pernah menangkap dan membunuh Meng Huo, dengan beberapa alasan untuk kebaikan daerahnya. Meng Huo merupakan raja di daerah selatan yang memberontak. Namun pada peperangan terakhir, yang ketujuh kalinya, Liang terpaksa harus melihat pasukan Meng Huo tewas dan ia merasa sangat berdosa pada langit karena telah membunuh walaupun itu demi keselamatan negaranya. Meng Huo telah ditangkap namun Liang membebaskannya. Sejak saat itu Meng Huo tidak lagi memberontak karena sadar perbuatannya itu hanya merugikan dirinya dan orang-orang daerahnya. Ketika sedang melakukan perjalanan pulang bersama Meng Huo, Liang tertahan karena ada gelombang dan badai di sungai yang harus disebranginya. Meng Huo berkata, “Sejak zaman nenek moyang kami, orang yang ingin melewati sungai itu harus melemparkan 50 kepala manusia untuk persembahan kepada roh sungai.” Karena Liang tidak mau ada pertumpahan darah lagi, ia membuat kue yang menyerupai kepala manusia, bulat namun rata di bagian dasarnya, dan kue itu disebut bakpao. Bakpao telah populer di seluruh dunia sebagai salah satu makanan tradisional Cina meskipun banyak yang tidak tahu asal mulanya.

Di Indonesia bakpao sudah menjadi makanan yang tidak asing lagi. Sejak dulu hingga kini banyak penjual bakpao yang masih aktif berjualan. Penjual dengan gerobaknya yang berjualan berkeliling atau penjual yang sudah memiliki toko sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, varian bakpao kini sudah banyak macamnya. Kepopuleran bakpao dari dulu hingga sekarang memang belum pudar jika dibandingkan dengan jajanan pasar yang dulu sempat bersaing dengan bakpao seperti onde-onde, kue lapis, cenil, dan sebagainya. Karena harganya terjangkau dan penjual yang masih banyak dijumpai di mana-mana, membuat bakpao bukan saja digemari anak-anak, tetapi juga orang dewasa.

Di negara asalnya bakpao merupakan makanan yang biasanya dinikmati pada musim dingin disajikan bersama teh melati untuk sarapan. Bakpao biasanya disediakan di restoran atau kedai makanan yang masih dikukus dalam panci, jadi pada saat kita membeli, bakpao masih terasa hangat. Di Cina biasanya bakpao disajikan sebagai makanan pembuka, lain halnya dengan di Indonesia. Di sini bakpao biasanya dijadikan camilan pengganjal perut sambil menunggu waktu makanan utama tiba.

Bakpao juga termasuk makanan yang mudah dibuat sendiri. Bahan-bahan dan cara membuatnya tidak rumit. Bahkan cukup mudah untuk orang-orang yang sudah sering membuat kue. Bahkan ada beberapa orang yang kini membuat bakpao dengan berbagai bentuk sesuai pesanan, seperti bentuk tokoh kartun favorit atau bentuk-bentuk unik lainnya. Dengan bentuk dan rasa yang semakin bervariasi kepopuleran bakpao sepertinya akan meroket. 
 

OMG!! Ular Ini Menelan Seekor Sapi Secara Utuh

OMG!! Ular Ini Menelan Seekor Sapi Secara Utuh. Yang berikut ini adalah foto binatang yang menarik sekali gan. Langsung saja deh agan semua lihat bagaimana isi perut ular ini setelah dibelah isi perutnya. Ular yang ditemukan sudah tidak bernyawa ini sempat membuat heran beberapa orang setelah mengetahui bahwa didalam perut ular ini terdapat seekor sapi.






Dewa Pintu


Dewa Pintu atau disebut juga dengan Men Shen [门神] adalah Dewa yang bertugas untuk menjaga keselamatan, keharmonisan keluarga serta menghalau makhlus halus yang jahat dari rumah yang dijaganya. Menurut Sejarahnya, Dewa pintu yang kita kenal sampai saat ini adalah 2 orang Jenderal yang sangat terkenal dan berjasa atas berdirinya Dinasti Tang yaitu Jenderal Qin Shu Bao [秦叔宝] dan Jenderal Yu Chi Jing De [尉迟敬德].
Bagaimana ceritanya sampai kedua Jenderal tersebut kemudian dikenal sebagai Dewa Pintu? Berikut ceritanya….
Setelah Kaisar Dinasti Tang yang bernama Li Shi Min [李世民] atau dikenal dengan gelar Kaisar Tang Tai Zong [唐太宗] naik tahta menjadi Kaisar, Dinasti Tang mengalami perkembangan Ekonomi yang sangat pesat dan Kondisi Politik yang Stabil serta kehidupan Rakyat yang Makmur.  Masa Kekuasaan Tang Tai Zong tersebut dikenal juga dengan “Zhēn Guàn Zhī Zhì [贞观之治]”. Kaisar Tang Tai Zong sangat senang dan bahagia melihat masa keemasan Dinasti Tang dibawah pemerintahaannya. Akan tetapi saat terjadinya insiden perebutan kekuasaan, sang kaisar telah membunuh adik dan kakak kandungnya  sendiri dan hal inilah yang sering membuatnya kuatir dan gelisah.
Pada suatu malam, Kaisar Tang Tai Zong sedang tidur dan tiba-tiba terbangun karena mendengar suara tangisan di luar kamarnya serta suara aneh dari atap kamarnya seperti ada orang diatasnya. Disamping itu juga terdapat suara orang yang mengetuk pintu, ada juga yang membanting jendela. Kaisar Tang Tai Zong segera memanggil Pengawalnya  untuk melakukan pemeriksaaan, tetapi tidak menemukan apa-apa. Setiap Kaisar Tang Tai Zhong memejamkan matanya pasti terdengar suara aneh seperti yang disebutkan tadi sampai pagi harinya setelah ayam berkokok.
Esok harinya, Kaisar Tang Tai Zong memanggil para kasim (Tai Jian [太监]), pembantu Istana, dan Pengawal untuk menanyakan kejadian malam tadi. Tetapi semuanya mengaku tidak mendengarkannya. Hal ini membuat Kaisar Tang Tai Zong makin gelisah dan selalu merasakan ada makhluk halus (roh jahat) yang menggangunya.
Malam selanjutnya juga terjadi hal aneh yang sama, malam ketiga, malam keempat, malam kelima, malam keenam sampai malam ketujuh. Pada hari ke delapan, saat rapat kerajaan dimulai, Kaisar Tang Tai Zong menceritakan kegelisahaannya dan hal-hal aneh yang dialaminya  setiap malam kepada para Menteri, Jenderal dan Pejabat tinggi Kerajaan.
Setelah Mendengarkan cerita dan keluhan sang Kaisar, seorang Jenderal yang bernama Qin Shu Bao [秦叔宝] langsung mengajukan diri bersama dengan Jenderal Yu Chi Jing De [尉迟敬德] untuk menjaga sang Kaisar setiap malam dan melakukan investigasi tentang apa yang sebenarnya yang sedang terjadi. Qin Shu Bao mengatakan bahwa dia telah banyak membunuh musuh dan jika mayat-mayat tersebut ditumpukkan bisa menjadi sebuah gunung, tetapi tidak pernah ada makhluk halus atau roh jahat yang mengganggunya. Jadi Qin Shu Bao tidak percaya sama sekali dengan tentang adanya makhluk halus atau roh jahat.  Kaisar Tang Tai Zong sangat senang dan langsung menyetujui dengan usulan tersebut.
Jenderal Qin Shu Bao dan Jenderal Yu Chi Jing De mengenakan Pakaian yang biasa dipakainya saat perang dan menjaga sang Kaisar dengan berdiri di sisi kanan dan sisi kiri pintu kamar sang Kaisar. Karena merasa telah dijaga oleh dua Jenderal yang dipercayanya, Kaisar Tang Tai Zong merasa aman dan tenang sehingga tidur dengan nyenyak dan tidak lagi mendengarkan suara aneh apapun juga. Semenjak dijaga oleh kedua Jenderal tersebut, Kaisar Tang Tai Zong dapat tidur dengan nyenyak dan tidak pernah merasakan kegelisahan dan ketakutan lagi sehingga sang Kaisar dapat tidur dengan nyenyak.
Kaisar Tang Tai Zong juga menyadari bahwa tidak mungkin pula kedua Jenderal tersebut menjaganya setiap malam karena mereka juga perlu istirahat dan ada keluarga masing-masing sehingga sang Kaisar pun memerintahkan pelukis yang terbaik di negerinya untuk melukiskan Gambar yang menyerupai keZAadua Jenderal tersebut untuk ditempelkan di sisi kiri dan kanan pintu kamarnya.
Semenjak lukisan yang menyerupai Jenderal Qin Shu Bao dan Yu Chi Jing De ditempelkan di sisi kanan dan kiri kamarnya, sang Kaisar pun tidak pernah lagi mendengarkan suara aneh seperti yang pernah dialami sebelumnya sehingga dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman. Menurut Kaisar Tang Tai Zong, lukisan tersebut memiliki manfaat untuk menghalau makhluk halus atau roh jahat.
Kaisar Tang Tai Zong juga memuji kedua jenderal tersebut dengan sebutan “Men Shen [门神]” atau Dewa Pintu.
Cara menempel lukisan Jenderal Qin Shu Bao dan Jenderal Yu Chi Jing De (terkenal dengan lukisan Dewa Pintu)  kemudian ditiru oleh Masyarakat umum dengan maksud yang sama yaitu untuk menghalau dan mengusir makhlus halus dan roh jahat agar tidak menggangu keluarga mereka.
Sampai saat itu kebanyakan warga Tionghoa masih mempercayai bahwa dengan menempelkan lukisan Dewa Pintu ini dapat mengusir dan menghalau makhluk halus atau roh jahat sehingga semua anggota keluarga dapat bebas dari gangguan makhlus halus atau roh jahat tersebut.


Ma Gwe – Dilakukan Menyambut Kelahiran Anak






Lain lubuk lain pula ikannya. Demikian orang selalu berkata dalam mengungkapkan perbedaan kondisi yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Tradisi atau kebudayaan antara satu suku dengan suku yang lain juga berbeda, walau terkadang tujuannya sama.
Tradisi yang merupakan warisan leluhur suatu suku atau bangsa tersebut hingga saat ini masih tetap dipertahankan, meskipun ada yang sudah mengalami perubahan. Bagi warga keturunan Tionghoa, acara syukuran atas kelahiran seorang anak tetap dipertahankan hingga saat ini.

Tradisi leluhur dari Tiongkok itu selalu dilakukan pada saat usia anak mencapai satu bulan. Acara yang diberi nama Ma Gwe (satu bulan penuh) ini diisi dengan kegiatan pengiriman doa-doa kepada Yang Maha Kuasa dengan harapan anak tersebut diberikan kesehatan, kemujuran, kemakmuran, keberuntungan dan kejayaan.
Disebutkan, acara seperti ini masih tetap dilakukan warga Tionghoa yang tinggal di Indonesia sekalipun itu merupakan warisan leluhur. Agama yang dianut oleh orang tua si anak tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan acara Ma Gwe. Jadi setiap kelahiran seorang anak, pihak orang tua maupun keluarganya akan membuat acara Ma Gwe. Masalah tempat dan besar kecilnya pesta syukuran itu, tergantung kondisi ekonomi keluarga anak tersebut. ‘’Kalau mereka tergolong mampu, bisa saja membuat pesta meriah di hotel atau ditempat mana saja. Tapi bagi yang kurang mampu, biasanya cukup memberikan bingkisan bagi orang-orang yang dituakan dalam keluarganya serta tetangga terdekat,’’jelas Hendra.
Yang penting, tambahnya, isi bingkisan yang dibagikan itu. Dalam bingkisan tersebut harus ada telur ayam berwarna merah, kue warna merah, kue Ku merah, dan kue mangkok. Sedangkan isi lainnya seperti ketan kuning dan ayam bekakak, hanya sifatnya melengkapi saja. ‘’Ketan kuning dan ayam bekakak itu sering ditemui dalam suatu acara di masyarakat disini (warga Indonesia-red), jadi tidak ada salahnya kita ikutkan juga,’’ kata Hendra.
Menurut Dian Gustiana, warga Jl Samiaji Raya, Kota Bogor, tujuan membuat acara Ma Gwe yang dikuti dengan pemberian bingkisan itu yakni selain memanjatkan doa agar anak tersebut diberikan keselamatan, kemakmuran serta kejayaan, juga sebagai pemberitahuan kepada saudara dan tetangga dekat bahwa di keluarga yang bersangkutan telah lahir seorang anak.


Dikira hantu, perempuan China terjepit di tembok tujuh jam



Seorang wanita di China terjepit di antara celah dinding yang sempit selama tujuh jam sebab penduduk setempat berpikir teriakan minta tolongnya berasal dari sesosok hantu.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Kamis (18/7), insiden ini terjadi saat perempuan tidak disebutkan namanya itu mengambil jalan pintas ketika ingin pulang ke rumahnya di Daerah Feidong, Propinsi Anhui. Dia kemudian mencoba untuk mengambil jalan melalui celah kecil di antara dua tembok.
Namun, dia tidak menyadari celah itu semakin menyempit ketika dia berjalan lebih jauh dan membuatnya terperangkap.
Sayangnya ketika dia minta tolong, pemilik rumah yang tinggal di sisi lain dinding itu mengasumsikan teriakannya adalah hantu. Mereka takut untuk menyelediki suara itu lebih lanjut.
Alhasil, dia harus terjebak sepanjang malam dan terperangkap di antara celah dinding yang sempit. Tangisan minta tolongnya juga tidak ada yang menjawab.
Namun, keberadaan dia akhirnya disadari oleh orang lewat pada pagi harinya. Pemadam kebakaran kemudian dipanggil dan dengan cepat menyelamatkan perempuan itu.
Butuh waktu sekitar 20 menit bagi petugas pemadam kebakaran untuk membongkar salah satu bagian dinding agar cukup membuat lobang dan mengeluarkan wanita malang itu.
Usai dikeluarkan, wanita itu terlihat tampak letih dengan pakaian compang-camping dan ditutupi debu.


Cinta Mati, Wanita Ini Dibakar Hingga Cacat Dan Tetap Setia


Wanita terkadang mencintai pasangannya secara berlebihan. Walau sudah disakiti ataupun diperlakukan dengan tidak baik, banyak wanita yang bertahan dan tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya. Cinta mati, kata yang tepat menggambarkan bagaimana Suaidah (19) yang masih membela mati-matian Raja (21) orang yang sudah membakarnya hingga menderita cacat permanen.
Suaidah Nasution adalah kekasih dari Sahala Raja Aritonang, pria yang telah membakarnya hidup-hidup. Kejadian buruk ini bermula ketika Raja merasa cemburu kepada Suaidah. Merekapun bertengkar dan dengan emosi Suaidah mengambil minyak tanah dan mengguyur tubuhnya sendiri. "Daripada kau tunjangi (tendangi) aku, lebih baik kau bakar saja aku" ujar Suaidah kepada Raja. Raja yang seharusnya mampu berpikir logis dan meredam tindakan Suaidah malah menyalakan api dan api tersebut langsung menyulut tubuh Suaidah.
Suaidah berteriak minta tolong dan kakaknya pun menyiramnya dengan air. Raja tidak melakukan apapun, malah membenturkan kepalanya ke tembok. Tragedi yang terjadi pada tanggal 20 Maret 2013 ini kini tengah diselesaikan di persidangan. Saking cintanya kepada Raja, Suaidah membela kekasihnya itu habis-habisan di pengadilan. "Pertama kami berantam (bertengkar) Pak. Lalu saya siram badan saya dengan minyak lampu (minyak tanah). Dan saya yang minta dibakar. Saya sebenarnya masih cinta sama dia (Raja) Pak," kata Suaidah di hadapan majelis hakim yang diketuai Surya Perdamaian, pada hari selasa (16/7) dikutip dari merdeka.com.
Suaidah kini menderita cacat permanen, namun cintanya kepada Raja tidak berkurang sedikitpun. Suaidah bahkan mengatakan bahwa dirinya masih ingin bersama Raja dan mereka akan menikah. Pernyataan ini tentu membuat orang-orang tidak bisa berkata apapun.  "Dengan kejadian ini, apa kamu masih mau sama dia (Raja)? Dia kan sudah membuatmu cacat," tanya Indra Cahya, hakim anggota. Ternyata, Suaidah menjawab. "Sebenarnya kami berencana mau nikah Pak Hakim. Saya sayang sekali sama dia," ucapnya.
Cinta, membuat seseorang bisa menutup mata akan luka dan hal buruk yang telah terjadi padanya. Cinta bisa menjadi alasan seseorang bertahan walau sudah disakiti berulang kali. Cinta mati, pantaskah dipertahankan?