Teknologi Ini Membuat Manusia Tak Terlihat Nyamuk


CALIFORNIA – Sebuah temuan baru ini mungkin dapat mengurangi rasa khawatir manusia terhadap gigitan nyamuk, lebih lagi, kematian yang disebabkan oleh nyamuk. Perangkat kecil bernama 'Kite' bisa membuat tubuh manusia tak terdeteksi oleh mata nyamuk.

Perangkat yang dikatakan terbuat dari bahan-bahan dasar alami ini diklaim dapat membuat nyamuk atau serangga lain buta dalam melihat manusia, demikian seperti dikutip Oh Gizmo, Senin (29/7/2013).

Alat ini (Kite) dikatakan mampu menipu nyamuk dan serangga lainnya selama 48 jam sejak pertama kali ditempelkan pada tubuh manusia.

Lembaga penemu alat yang membutakan nyamuk, IndieGogo, mengatakan penemuannya bertujuan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles alias nyamuk Malaria, hewan pembunuh manusia paling banyak di dunia.

Kite akan diuji coba pertama kali di negara yang tercatat memiliki angka kematian akibat nyamuk Malaria cukup tinggi, Uganda.

Alat ini nantinya juga akan disebarkan dan dijual secara luas setelah percobaan pertama mendapatkan hasil yang memuaskan.  Diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 14 bulan untuk bisa dipasarkan ke dunia global.

IndieGogo sendiri mendapatkan banyak donasi untuk melakukan penelitiannya dari berbagai pihak. Bill dan Melinda Gates Foundation adalah salah satu donatur dalam pengembangan temuan ini.


Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖)


Orang Tiongkok memujanya sebagai Dewi Pelindung Laut (Pelaut)-Chinese Goddess of The Sea. Punya 36 lebih julukan, namun populer sebagai "Bunda Penolong" atau Shunji Fu Ren yang dianugerahkan seorang kaisar dari Dinasti Song.

Ma Zu (Mandarin) atau Ma Cho (Hock Kian) adalah salah satu dewi dalam kepercayaan orang Tiongkok (termasuk Taiwan). Dipuja karena dikenal sebagai sosok penolong, pelindung (terutama bagi pelaut dan nelayan), dan sangat berbudi luhur. Banyak versi mengenai kisah dewi bernama asli Lin Mo Niang ini, namun semua mengarah pada satu kesamaan. Bahwa ia adalah manusia yang "terpilih" menjadi orang suci.

Legenda Ma Zu (Bunda Pelindung) ini berasal dari masa awal Dinasti Song (960-1279 M) di Tiongkok kuno pada seribu empat puluh tujuh tahun lalu. Adalah keluarga Lin (disebut juga Lim), keturunan mantan Gubernur Provinsi Fu Zian (Tiongkok) bernama Lin Fu. Anaknya bernama Lin Wei Ke menempati sebuah rumah di Provinsi Fu Zian, dekat kota Pu Tian, persisnya di sebuah pulau kecil bernama Mei Zhou (sering juga disebut Pulau Matsu -wilayah RRC).

Lin Wei -seperti juga ayahnya- adalah mantan pejabat pemerintah Tiongkok. Setelah pensiun ia kembali ke kampung halamannya. Menghabiskan masa tuanya dengan bertani dan mempelajari banyak kitab agama dan buku pengetahuan. Ia hidup bahagia, damai dan tenang.

Lin dikenal sebagai orang yang sangat saleh, baik budi, suka menolong dan berderma, sehingga sangat dihormati penduduk Mei Zhou. Dari istri tercintanya Wang Shi, Lin memiliki 6 anak, 5 perempuan dan 1 lelaki. Keenam anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang pintar dan cerdas. Namun anak lelakinya bernama Hong bertubuh sangat lemah dan sakit-sakitan.

Wang Shi, sangat prihatin dan khawatir pada nasib anak lelakinya. Ia dan suaminya Lin, selalu memohon pada Yang Maha Kuasa agar diberi anak lelaki lagi. Namun yang sehat dan kuat sebagai penerus generasi marga Lin.

Kelahiran Lin Mo Niang
Suatu hari, Lin dan Wang melakukan sembahyang khusus di klenteng. Mereka memohon kepada Dewi Kuan Im untuk mengabulkan harapan mereka untuk mendapatkan seorang anak lelaki lagi. Malam harinya setelah pulang dari klenteng, Wang Shi pun bermimpi. Ia bermimpi didatangi Dewi Kuan Im yang mengatakan bahwa semua amal dan kebajikan pasangan Lin dan Wang pantas mendapat balasan. Sang Dewi memberi Wang sebuah pil bundar sebesar kelereng dan menyuruh menelannya. Wang Shi pun menelan pil tersebut.

Setelah menelan pil itu Wang Shi pun mengandung. Ia hamil selama 12 bulan. Tepat pada malam tanggal 23 bulan 3 tahun Imlek (960 M), langit di wilayah Barat Laut Mei Zhou memendarkan cahaya merah terang. Menerangi rumah Lin dan Wang. Dibarengi sinar warna-warni yang memukau, Wang Shi pun melahirkan seorang bayi perempuan.

Walau heran mengapa diberi anak perempuan, Lin dan Wang tetap bersyukur juga. Sebulan sudah kelahirannya, anak tersebut tidak pernah sekali pun menangis. Karena itulah Lin memberi nama padanya Mo Niang (Mo artinya diam; Niang artinya perempuan), "Perempuan Pendiam".

Masa Kecil
Sejak kecil Lin Mo Niang sangat berbeda dari anak seusianya. Ia tampak lebih cerdas, bijak dan terampil. Sejak umur 8 tahun, ia sudah tertarik pada pengetahuan dan buku. Kelebihannya, sekali baca, Mo Niang akan tetap mengingat apa yang telah dibacanya. Jika ada yang ingin diketahuinya, ia selalu rajin bertanya pada orang dewasa, sampai sedetail-detailnya.

Umur 10 tahun, Mo Niang sudah rajin sembahyang dan mempelajari isi kitab-kitab suci Buddha. Sampai akhirnya diusia 13 tahun ia sudah menamatkan semua pelajaran dan menguasai banyak pengetahuan dan keterampilan, termasuk dalam bidang agama dan kepercayaan. Ia berkembang menjadi remaja yang sangat cerdas, kritis dan suka menolong. Ia pun menjadi sangat dihormati penduduk Mei Zhou dan sekitarnya.

Satu kesenangan Mo Niang, yaitu ia sangat menyukai air. Kehidupan di tepi laut menempa dirinya menjadi seorang perempuan yang tak pernah gentar menghadapi dahsyatnya gelombang dan angin badai yang menghantui para pelaut. Di seluruh pulau, ia dikenal sebagai jagoan renang bahkan di gelombang laut yang besar sekali pun.

Saat remaja ini, Mo Niang pernah bertemu seorang pertapa tua. Si pertapa merasa pengetahuan umumnya ternyata masih kalah dengan Mo Niang. Dari "orang pintar" ini lah kemudian Mo Niang mendapat pelajaran mengenai taktik dan strategi militer, pengenalan dan penggunaan alat-alat perang, sampai beberapa ilmu "rahasia" leluhur.

Kebajikan
Ketika menginjak usia 16 tahun, Mo Niang mengalami peristiwa aneh. Suatu hari ia (seperti juga gadis remaja lainnya) sedang mematut diri dengan baju baru di depan cermin bersama teman remaja sebaya di sebuah taman di dekat sebuah sumur. Tiba-tiba , dari dalam sumur muncul sosok lelaki tua misterius. Penampakan itu sangat mengejutkan. Teman-temannya langsung lari ketakutan karena mengira orang tua aneh itu adalah siluman. Namun Mo Niang segera sujud menyembah, karena ia tahu sosok itu adalah jelmaan Dewa. Sang Dewa ternyata membawa sebuah jimat dari kuningan dan memberikannya pada Lin Mo Niang.

Sejak mendapat jimat, Mo Niang pun langsung memanfaatkannya untuk menolong sesama. Ia membantu menyembuhkan orang sakit, memberi penghiburan pada yang bersedih, menjauhkan malapetaka dan banyak perbuatan baik lainnya. Kemahirannya dalam pengobatan ini menyebabkan orang-orang di desa menyebutnya sebagai ling nu (gadis mukjizat), long nu (gadis naga) dan shen gu (bibi yang sakti).

Pernah suatu kali saat usianya baru 17 tahun, Mo Niang melihat ada kapal yang berlayar di dekat Pulau Mei Zhou yang sedang dipermainkan badai besar. Kapal itu tenggelam dengan cepatnya. Namun Mo Niang segera melompat ke laut dan dengan cekatan ia menyelamatkan seluruh pelaut yang terjebak badai tersebut. Semua awak berhasil diselamatkannya. Dari sini banyak orang yang mendengar tentang kehebatan, dan budi baik Mo Niang. Ia pun semakin terkenal dan dihormati.

Ada versi legenda yang mengatakan, pada usia 23 tahun, Mo Niang berhasil menaklukkan 2 orang sakti yang menguasai pegunungan Tao Hua Shan. Keduanya adalah Chien Li Yen yang punya penglihatan sangat tajam dan Hsun Feng Erh yang pendengarannya sangat peka. Setelah dikalahkan akhirnya mereka menjadi pengawalnya.

"Mimpi Buruk"
Lin Mo Niang memang sangat cantik dan baik hati, namun ia tidak pernah menikah. Setidaknya ia memang membaktikan dirinya untuk menolong sesama dan berbuat kebaikan sesuai ajaran kebajikan.

Menginjak usia 28 tahun, di musim panas (sekitar tahun 987 M), sebuah "tragedi" terjadi. Saat itu Lin Mo Niang sedang menenun pakaian. Namun karena lelah, ia pun tertidur pulas.

Sementara itu ayah dan saudaranya sedang berlayar pulang ke Mei Zhou dari perjalanan jauh. Kapal yang mereka tumpangi diserang badai dan akhirnya tenggelam.

Bersamaan dengan itu, Mo Niang bermimpi, ia merasa rohnya melayang-layang di atas permukaan laut. Ia terkejut saat menyaksikan kapal sang ayah tenggelam. Ayah dan saudaranya pun terseret masuk ke dalam amukan badai. Mo Niang segera berenang dan menyelam ke laut untuk menolong mereka. Ia menggigit baju sang ayah sementara dengan tangan yang lain ia menyeret abangnya. Bersusah payah ia mencoba menyelamatkan kedua orang yang dikasihinya itu.

Namun saat penyelamatan masih berlangsung, tiba-tiba ibunya memanggil. Ia pun terkejut dan berteriak kaget, sehingga gigitannya terlepas sementara tangannya tetap menyeret tubuh abangnya. Tetapi saat terbangun Lin Mo Niang mendapati dirinya masih di ruang tenun. Ia pun menceritakan mimpinya itu pada sang ibu. Wang Shi, ibunya, berkata bahwa itu hanya mimpi.

Tetapi tak lama kemudian, sebuah kabar buruk pun datang. Seorang pelaut memberitahu bahwa kapal yang ditumpangi Lin dan putranya tenggelam. Jasad Lin tidak ditemukan, tetapi Hong abangnya berhasil diselamatkan.

Mendengar kabar itu, betapa pilu hati Mo Niang. Dalam keadaan sedih ia pun segera berlayar ke laut. Selama tiga hari tiga malam ia berusaha menemukan jasad ayahnya. Pencariannya tak sia-sia. Ia pun kemudian ke Pantai Mei Zhou bersama jasad sang ayah.


Menjadi Dewi
Sejak kematian sang ayah, Mo Niang setiap hari bersedih dan selalu menangis. Hingga pada tanggal 8 bulan 9 tahun Imlek (987 M), ia pun mengakhiri kepiluannya. Saat itu ia berkata kepada seluruh keluarga dan ibunya bahwa ia akan menyendiri dan menjauhi keramaian duniawi. Ia akan pergi dalam perjalanan yang sangat jauh.

Keesokan harinya, tanggal 9 bulan 9 Imlek (987 M), Lin Mo Niang melakukan persiapan. Ia sembahyang dengan sangat khusyuk sambil merapal kitab-kitab suci. Suasana sangat hening dan memilukan. Seluruh keluarga pun kini yakin bahwa Mo Niang memang bertekad akan pergi jauh.

Ibunya meminta Mo Niang untuk tidak pergi seorang diri dan menawarkan seorang pendamping dalam perjalanannya. Namun Mo Niang menolaknya dengan halus dan menyakinkan seluruh keluarga bahwa kini sudah tiba waktunya untuk pergi seorang diri.

Usai memanjatkan doa, tiba-tiba langit di sekitar kediaman keluarga Lin di Pulau Mei Zhou dikelilingi selubung awan putih. Pendar sinar warna-warni yang indah terlihat di atas langit. Banyak orang yang menyaksikan sinar terang dan sosok Dewi Kuan Im berada di atas sebuah awan yang paling terang.

Lalu tiba-tiba Lin Mo Niang menatap ke atas dan melompat ke awan. Awan tiba-tiba menutup dan terang cahaya semakin memudar. Akhirnya awan membumbung terbang jauh seiring sinar yang menghilang lenyap… langit pun kembali normal. Lin Mo Niang pun lenyap bersama awan…

Klenteng Dewi Ma Zu
Lin Mo Niang tetap dikenang sampai seribuan tahun. Perempuan yang sudah dianggap sebagai Dewi Ma Zu itu, hingga kini tetap dipuja sebagai "Bunda Pelindung" dan "Bunda Penolong" bagi sebagian besar orang Tiongkok.

Setelah "kepergiannya" yang gaib, di Pulau Mei Zhou (Matsu), sebuah klenteng dibangun untuk pemujaannya. Klenteng itu dikenal sebagai Tian Hou Gong (Istana sang Dewi).

Kini, diperkirakan sekitar 5.000-an unit klenteng Ma Zu di dua puluh negara di dunia sudah didirikan. Seluruh klenteng itu dibangun untuk memuja dan sembahyang kepada Dewi Ma Zu oleh sekitar 200 juta jiwa orang yang mempercayainya.

Setiap tahunnya, lebih dari sejuta orang memenuhi klenteng itu untuk sembahyang dan meminta berkat pada Dewi Ma Zu. Karena orang Tiongkok percaya bahwa Dewi Ma Zu bisa melindungi dan mengabulkan segala permohonan mereka. Bahkan kaum pelaut di wilayah pantai dan perairan Timur RRC (termasuk Taiwan) memuja Dewi Ma Zu sebagai Dewi Pelindung Laut. Dewi yang melindungi mereka saat melaut.

Dua tahun sekali, persisnya pada tanggal 23 bulan 3 dalam penanggalan lunar (kalender China/imlek) dan tanggal 9 bulan 9, pemuja Dewi Ma Zu, berkumpul dan melakukan sembahyang di klenteng Dewi Ma Zu untuk menghormatinya. Tanggal 23 bulan 3 adalah peringatan ulang tahunnya dan tanggal 9 bulan 9 adalah peringatan wafatnya.

Hingga kini, Klenteng Ma Zu di Pulau Mei Zhou sebagai klenteng pertama bagi Lin Mo Niang, tetap dipenuhi orang.

Bahkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Selat Taiwan, Laut China Timur. Klenteng itu dibangun pada masa Dinasti Song sekitar tahun 987 M di puncak sebuah bukit. Ditandai dengan patung Dewi Ma Zu setinggi 14,35 meter. Inilah yang menjadi lambang kebanggaan dan ciri khas budaya penduduk Pulau Mei Zhou.

Sejak tahun 1998, pemerintah Pulau Mei Zhou juga telah membangun sebuah Istana Dewi Ma Zu di dekat klenteng tuanya.

Bangunan istana ini didirikan sepanjang 323 meter dengan lebar bangunan 99 meter. Arsitekturnya ditata seindah mungkin mengikuti garis kontur perbukitan di pulau tersebut. Istana Dewi Ma Zu ini sangat megah.

Mengimbangi kemegahan Potala Palace tempat Dalai Lama Tibet di Lhasa. Bangunan istana untuk menghormati Dewi Ma Zu ini selesai dikerjakan pada 2002. Kini menjadi satu obyek wisata yang cukup tersohor.

Sementara di Indonesia, khususnya di Medan, terdapat juga klenteng Dewi Ma Zu (Dewi Macho) di kawasan Jalan Pandu Medan. Selain itu juga tersebar di tepi pantai timur Sumatera dan daerah lainnya.

Kepercayaan kepada Dewi Ma Zu
Dewi Ma Zu sangat diagungkan di Taiwan. Hampir seluruh warga Taiwan selalu memuja dan menghormati Dewi Ma Zu. Bukan hanya rakyat biasa, para pejabat tinggi pemerintahan juga senantiasa memohon restu padanya.

Bahkan Presiden Taiwan sendiri, Chen Shui-bian, juga kerap mengunjungi klenteng Dewi Ma Zu untuk meminta restu dan perlindungan dari sang dewi, agar ia senantiasa dicintai rakyatnya. Pada saat menjelang Pemilu di Taiwan, banyak kandidat dan tokoh politik yang juga melakukan sembahyang di Klenteng Dewi Ma Zu.

Sementara kisah-kisah rakyat dan para pelaut menyebutkan bahwa penampakan Dewi Ma Zu sering terlihat. Umumnya saat ombak laut sedang mengganas atau badai mendera. Dewi Ma Zu disebutkan hadir untuk menolong para pelaut yang mempercayainya.

Konon kehadiran Dewi Ma Zu ini ditandai dengan sinar merah terang. Mungkin karena sejumlah saksi mata yang pernah terselamatkan dari amuk lautan mengatakan bahwa Dewi Ma Zu senantiasa menggunakan pakaian merah sambil memegang lampion terang benderang yang juga berwarna merah. Dengan panduan lampion tersebut, Dewi Ma Zu membimbing pelaut dan nelayan meniti gelombang menuju tempat yang aman.

Karena itulah Dewi Ma Zu begitu populer dikalangan masyarakat nelayan dan desa-desa tepi laut. Bahkan sejak dulu para pelaut Tiongkok selalu sembahyang kepada Dewi Ma Zu agar diberi keselamatan dalam pelayaran. Mereka juga memasang patung Dewi Ma Zu di kapalnya.

Walau dikenal sebagai Dewi Pelindung Laut, Dewi Ma Zu tetap saja dipuja bukan oleh kalangan nelayan dan pelaut semata. Ia juga dipercaya dapat memberikan berkat untuk menyembuhkan penyakit, menepis bencana dan malapetaka, memberi kesuburan, sampai memberi perlindungan dan keselamatan.

Cerita Motivasi - Pohon

Dalam sebuah perjalanan seorang ayah dengan puteranya, sebatang pohon kayu nan tinggi ternyata menjadi hal yang menarik untuk mereka simak. Keduanya pun berhenti di bawah rindangnya pohon tersebut.

“Anakku,” ucap sang ayah tiba-tiba. Anak usia belasan tahun ini pun menatap lekat ayahnya. Dengan sapaan seperti itu, sang anak paham kalau ayahnya akan mengucapkan sesuatu yang serius.

“Adakah pelajaran yang bisa kau sampaikan dari sebuah pohon?” lanjut sang ayah sambil tangan kanannya meraih batang pohon di dekatnya.

“Menurutku, pohon bisa jadi tempat berteduh yang nyaman, penyimpan air yang bersih dari kotoran, dan penyeimbang kesejukan udara,” jawab sang anak sambil matanya menanti sebuah kepastian.

“Bagus,” jawab spontan sang ayah. “Tapi, ada hal lain yang menarik untuk kita simak dari sebuah pohon,” tambah sang ayah sambil tiba-tiba wajahnya mendongak ke ujung dahan yang paling atas.

“Perhatikan ujung pepohonan yang kamu lihat. Semuanya tegak lurus ke arah yang sama. Walaupun ia berada di tanah yang miring, pohon akan memaksa dirinya untuk tetap lurus menatap cahaya,” jelas sang ayah.

“Anakku,” ucap sang ayah sambil tiba-tiba tangan kanannya meraih punggung puteranya. “Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” ungkap sang ayah begitu berkesan.**

Keadaan tanah kehidupan yang kita pijak saat ini, kadang tidak berada pada hamparan luas nan datar. Selalu saja ada keadaan tidak seperti yang kita inginkan. Ada tebing nan curam, ada tanjakan yang melelahkan, ada turunan landai yang melenakan, dan ada lubang-lubang yang muncul di luar dugaan.

Pepohonan, seperti yang diucapkan sang ayah kepada puteranya, selalu memposisikan diri pada kekokohan untuk selalu tegak lurus mengikuti sumber cahaya kebenaran. Walaupun berada di tebing ancaman, tanjakan hambatan, turunan godaan, dan lubang jebakan.

“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran.”

...

Sahabat, Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” Siapapun Anda, bagaimanapun Anda, dan Dimanapun anda... tatap dan ikutilah cahaya lurus kebenaran... karena bila tidak anda akan tersesat dalam kegelapan. Dan Bila terperangkap dalam gelap, jangan mengutuki kegelapan, tapi nyalakan lah cayaha walaupun dengan Lilin...

Terimakasih telah membaca... Salam Motivasi...!
 
 

Makna Perayaan Kue Bulan (Moon Cake)


Di negeri asalnya China, festival moon cake (kue bulan) menjadi perayaan istimewa dalam menyambut datangnya musim gugur. Untuk tahun 2012 perayaan kue bulan jatuh pada tanggal 30 September. 

Dalam tradisi umat Tionghoa, saat perayaan kue bulan seluruh anggota keluarga akan berkumpul guna menyantap kue bulan yang dilakukan saat bulan purnama. Maknanya adalah untuk menjalin kebersamaan diantara keluarga. Kerabat dan keluarga yang beberapa saat terpisah dari keluarga besarnya, biasanya akan berkumpul kembali untuk bersama-sama makan kue bulan. Di China, festival kue bulan menjadi perayaan besar kedua setelah hari raya Imlek.

Makna dari perayaan Musim Gugur di negeri tirai bambu itu kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia dan selalu dirayakan terutama oleh warga keturunan Tionghoa, termasuk di Indonesia.

Namun selain menyambut musim gugur, kabarnya ada kisah heroik dibalik perayaan kue bulan itu.

Konon saat itu, rakyat Han berusah keluar dari kekuasaan pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan (1280-1368 SM). Shu Yuan Zhang lalu berencana menggulingkan pemerintah yang berkuasa namun dia tidak tahu bagaimana caranya menyatukan seluruh rakyat Han agar ikut dalam pemberontakan.  Akhirnya salah satu penasehatnya  mengusulkan agar pesan tentang pemberontakan itu dimasukkan ke dalam kue bulan lalu dibagikan kepada seluruh rakyat Han.

Alhasil, pada tangga 15 bulan 8 menurut kalender Imlek, terlaksanalah pemberontakan untuk menggulingkan Dinasti Yuan. Selanjutnya yang berkuasa di China adalah Dinasti Ming (1368-1644 SM)  


Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?


Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan.

Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina.

Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia.

Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya:

1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, pro-Indonesia dan pro-Belanda).

2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih positif.

Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata 'Cina' dan mulai menggunakan kata Tionghoa.

Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama dan saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia di jaman pra-kemerdekaan.

Pada jaman Orde Lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan Koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa.

Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina?

Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan Darat. Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk mengganti kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni 1967 keluarlah keputusan presidium kabinet untuk membuang kata Tionghoa/Tiongkok dan menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini didukung oleh segelintir Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang tergabung di dalam LPKB (K. Shindunata dkk).

Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar yang tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan menghilangkan kata Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata saja harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali bahwa keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan mendiskriminasi golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina sengaja dihidupkan kembali dengan tujuan yang tidak baik.

Sejak saat itu, semua media massa mulai menggunakan kembali kata 'Cina' dan meninggalkan kata Tionghoa. Hanya ada satu koran yang tetap bertahan menggunakan kata Tionghoa, yaitu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar Lubis.

Akibatnya bisa kita rasakan sampai sekarang terutama di kalangan generasi muda Tionghoa. Mereka (atau kita) tidak terlalu peduli lagi, bahkan sama sekali tidak mengetahui kenyataan sejarah dan makna yang sangat penting di balik penggantian kata Cina menjadi Tionghoa. Bahkan banyak yang tidak tahu menahu mengenai kata Tionghoa, yang mereka tahu hanya 'Cina' dan menggunakannya tanpa merasa berdosa sama sekali.

Jadi mengapa kata Cina tidak pantas digunakan?

Sebagian orang mengatakan karena kata itu mengandung unsur penghinaan. Memang betul bahwa kata itu mengandung penghinaan. Namun itu tidak berarti bahwa kita harus terhina. dan tidak perlu membuat kita terhina/tersinggung. Orang yang menyebut kata 'cina' pun biasanya tidak bermaksud menghina.

Namun ada 1 alasan yang sangat kuat, yaitu fakta sejarah seperti diuraikan di atas tadi. Penghilangan kata Cina dan penggunaan kata Tionghoa adalah bukti bahwa orang Tionghoa ikut berjuang untuk Indonesia dan adanya kerja sama yang baik dan harmonis antara tokoh pejuang Tionghoa dan Indonesia.

Juga jelas penggunaan kembali kata 'Cina' di jaman orde baru memiliki motif diskriminasi dan penghinaan. Dengan demikian apabila kita masih saja menggunakan kata 'Cina', sama saja artinya kita mengubur fakta sejarah. Sama saja artinya kita tidak menghargai kesepakatan yang diraih oleh para pahlawan kita. Sama saja artinya kita menodai perjuangan para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia baik itu orang Tionghoa maupun Indonesia. Sama saja artinya kita mewarisi kebijakan rejim orde baru yang rasis dan diskriminatif.

Bung Karno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang merhargai para pahlawannya. Saya yakin ini termasuk artinya kita meneruskan perjuangan mereka dan menghargai segala jerih payah mereka. Penghilangan kata Cina adalah hasil jerih payah pejuang Tionghoa dan kesepakatan dengan tokoh pejuang Indonesia. Kalau kita tidak bisa menghargainya (atau dengan kata lain kalau saja masih memakai kata Cina), berarti kita bukanlah bangsa yang besar. Dengan demikian, orang Tionghoa yang sudah mengerti fakta sejarah ini tetapi masih saja menggunakan kata 'cina' bukanlah orang yang "besar"!

Penutup
Setelah mengetahui fakta sejarah ini, diharapkan agar kita semua mulai meninggalkan kata 'cina'. Perlu diperhatikan juga, masih banyak orang Tionghoa yang menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk menyebut orang Indonesia. Kebiasaan jelek ini juga harus kita tinggalkan.

Pramudya Ananta Tur dalam sebuah wawancara mengungkapkan: "Masalah "Cina-Tionghoa" bukan sekedar istilah yang mana yang lebih enak diucap atau ditulis, tapi bottom line-nya adalah mengembalikan kebenaran sejarah atas perjuangan Tionghoa dalam pembentukan Republik Indonesia yang hampir terhapus selama hampir 40 tahun."

Saya sangat setuju sekali, masalah utamanya bukanlah soal mengandung penghinaan, konotasi, atau enak tidaknya didengar, tetapi makna sejarahnya!

Penulis Dedi Lim



5 Fenomena Alam yang Menakjubkan

Beberapa fenomena alam berikut ini menimbulkan bencana bagi umat manusia, namun terlihat indah dan menakjubkan. Terkecuali tentunya tiang cahaya dan migrasi kupu-kupu monarch yang memberi visual nan indah untuk disaksikan. Langsung saja kita lihat bersama, ya

1. Migrasi kupu-kupu Monarch
Migrasi massal kupu-kupu Monarch (Danaus plexippus) terjadi saat musim dingin meliputi sebagian besar Amerika Utara menuju daerah selatan. Warna kupu-kupu oranye dan hitam terlihat indah ketika memenuhi langit biru.
 
2. Tiang Cahaya
Tiang cahaya terjadi saat cuaca sangat dingin ketika kristal es tergantung di atmosfer, maka fenomena alam ini terlihat di langit malam. Semakin tinggi kristal es, semakin tinggi pula tiang cahaya itu terlihat.
 
3. Maelstorm
Maelstorm adalah pusaran air yang sangat kuat di tengah laut. Pusaran air yang terjadi di Skotlandia dan dapat terdengar hingga bermil-mil jauhnya, walaupun nyatanya maelstorm bisa saja terjadi di mana pun.
 
4. Badai pasir
Badai pasir terjadi ketika angin kencang mengangkat partikel tanah dan pasir ke atmosfer sehingga membentuk badai. Setiap empat puluh juta tahun ton debu dibawa dari Sahara ke cekungan Amazon.

5. Pusaran api
Yang satu ini mengerikan, namun tetap terlihat indah. Yaitu pusaran api yang terjadi saat tornado. Pusaran api terjadi ketika panas dari api mendorong udara di atasnya sedemikian rupa untuk membentuk pusaran dengan udara dingin di luar. Jika pusaran ini memperoleh pusaran vertikal maka api akan terhisap ke atas membentuk pusaran api.

Pusaran api yang terjadi di Tokyo tahun 1923 membakar semua bangunan di sana yang kebanyakan terbuat dari kayu, sehingga memakan korban 38.000 orang hangus terbakar.
 
 
 

10 Misteri Besar Yang Tak Terpecahkan Lalu Dilupakan

Manusia mempunyai sejarah panjang dan berliku, begitu banyaknya kejadian - kejadian aneh yang tak bisa dijelaskan secara ilmiah pernah terjadi dan dicatat dalam sejarah.
Para ahli sejarah, arkeolog, dan ilmuwan lain yang kompeten berkaitan dengan bidang ini, bagaimanapun masih terus menggali, mencari, mempelajari dan menyimpulkan, sehingga semuanya bisa lebih jelas bagi kita untuk diketahui dan mungkin dipelajari.
Namun ada kalanya sebuah peristiwa penting dalam sejarah masih terus menjadi misteri yang tidak bisa diungkapkan, dijelaskan bahkan dipecahkan.
Daftar 10 misteri ini membuat banyak orang masih bertanya - tanya, dan mungkin karena lelah sebagian besar dari kita melupakannya..
10. Rongorongo
 
Meskipun banyak orang yang tahu tentang Moai di Easter Island, namun tidak banyak yang tahu tentang misteri lainnya berkaitan dengan Easter Island. ‘Rongorongo’ adalah bahasa tulisan yang sulit dibaca dari para penduduk awal di daerah tersebut. Rongorongo dianggap misterius karena tidak ada tetangga kaum oceania yang menggunakan bahasa tulisan. Bahasa ini muncul di sekitar tahun 1700an, meskipun sayangnya hilang setelah para penjajah Eropa awal melarangnya disebabkan oleh kaitan-kaitannya dengan akar pagan para penduduk asli di sana.

9. Helike Kota yang Hilang
Pada akhir abad kedua Masehi, penulis Yunani, Pausanias menulis sebuah cerita tentang bagaimana (4-500 tahun sebelumnya?) di satu malam ketika gempa kuat menghancurkan kota besar Helike, dengan Tsunami yang menyapu habis apapun yang ada di kota besar yang pernah maju tersebut. Kota tersebut, ibu kota dari Achaean League, adalah pusat ibadah yang dibaktikan kepada dewa kuno Poseidon, dewa laut. Tidak ada jejak masyarakat legenda yang disebutkan diluar tulisan-tulisan Yunani kuno sampai tahun 1861, ketika seorang arkeolog menemukan uang yang dianggap berasal dari Helike – sebuah koin perunggu dengan kepala Poseidon. Pada tahun 2001, sepasang arkeolog berusaha menemukan reruntuhan Helike di bawah lumpur dan kerikil-kerikil pesisir tersebut, dan saat ini sedang menggabungkan bangkit dan kejatuhan mendadak dari apa yang telah menjadi Atlantis “sebenarnya.”

8. Mayat Berlumpur
Misteri ini bahkan bisa menjadi sebuah masalah bagi para penyelidik legenda dari CSI dan semacamnya! Mayat-mayat berlumpur ini adalah ratusan mayat kuno yang ditemukan terkubur di sekitar rawa-rawa utara dan lahan-lahan basah di Eropa Utara. Beberapa mayat ini memiliki tanda penyiksaan dan “kesenangan” abad pertengahan lainnya, yang membuat beberapa peneliti berpendapat bahwa korban-korban yang tidak beruntung ini adalah hasil dari pengorbanan ritual.

7. Runtuhnya Kaum Minoan
Kaum Minoan terkenal karena legenda Theseus dan Minotaur, namun faktanya kaum ini merupakan warisan dari peradaban yang pernah besar dan lebih menarik. Meskipun banyak sejarahwan berkonsentrasi pada kejatuhan Kerajaan Roma, runtuhnya kaum Minoan, yang menduduki pulau Crete, adalah sebuah misteri yang sama jika tidak lebih besar. Tiga setengah tahun lalu, pulau tersebut digoncang oleh sebuah ledakan vulkanik besar di Pulau sebelahnya Thera. Para arkeolog menemukan buku-buku catatan yang menunjukkan bahwa kaum Minoan tetap bertahan selama 50 tahun setelah ledakan tersebut, sebelum akhirnya mereka benar-benar menghilang. Teori-teori tentang apa yang mengakhiri mereka telah berkembang mulai dari debu vulkanik yang menutupi pulau tersebut dan menghancurkan semua hasil panennya sampai ke masyarakat lemah yang akhirnya tersingkirkan oleh serbuan para kaum Yunani.

6. Batu Carnac
Setiap orang pernah mendengar tentang Stonehenge, namun hanya sedikit yang mengetahui Batu Carnac. 3000 batu megalitik ini tersusun dalam barisan yang sempurna sepanjang 12 kilometer di pesisir Brittany di Barat Laut Perancis. Mitologi di sekitar batu-batu tersebut menunjukkan bahwa tiap batu adalah tentara Roma yang diubah menjadi batu oleh Merlin Sang Penyihir. Usaha-usaha penjelasan ilmiah menunjukkan bahwa batu-batu tersebut bisa jadi merupakan alat deteksi gempa yang rumit. Identitas kaum Neolithic yang membangunnya tidaklah diketahui.(**)

5. Robin Hood
Semua orang pasti mengenal tokoh sahabat rakyat jelata ini. Namun kebenaran dari pria pemanah tampan ini masih berupa misteri. Pencarian sejarah perambok legendaris ini telah membesarkan sejumlah nama yang mirip dengannya. Salah satunya adalah seorang buronan Yorkshire bernama Rober Hod, yang juga dikenal sebagai Hobbehod atau Robert Hood dari Wakefield. Pencarian tersebut menjadi semakin rumit seiring nama Robin Hood menjadi istilah umum bagi seseorang yang berada di luar perlindungan hukum. Ketika literatur mulai menambahkan karakter-karakter baru kepada dongeng tersebut seperti Prince John dan Richard the Lionheart, jejak tersebut semakin kabur. Sampai sekarang, tak seorang pun tahu siapakah sebenarnya tokoh kriminal ini.

4. Pasukan Romawi yang Hilang
Setelah pasukan Parthia mengalahkan tentara Jendral Romawi Crassus, legenda mengatakan bahwa sekumpulan kecil Tahanan Perang tersebut berkelana melewati padang pasir dan akhirnya digulung oleh tentara militer Han 17 tahun kemudian. Sejarawan Cina abad pertama, Ban Gu, menulis sebuah hikayat tentang konfrontasi dengan satu kumpulan pasukan aneh sekitar seratus personil yang berperang dalam “formasi unik berskala-ikan” untuk pasukan Romawi. Seorang sejarawan Oxford yang membandingkan catatan-catatan kuno mengklaim bahwa pasukan romawi yang hilang tersebut menemukan kota kecil dekat padang pasir Gobi bernama Liqian, yang di dalam bahasa Cina berarti Roma. Tes DNA sedang dilakukan untuk menjawab klaim tersebut dan semoga dapat menjelaskan beberapa tentara bermata hijau, berrambut pirang, dan menggemari perkelahian melawan banteng tersebut.

3. Naskah Voynich
Naskah Voynich yang misterius diduga telah ditulis di ke-15 atau abad ke-16. Penulis, script, dan bahasa naskah tetap tidak diketahui.
Yang tercatat di atas keberadaan, yang Voynich naskah telah menjadi objek studi intensif oleh banyak profesional dan amatir kriptografer, termasuk beberapa top Amerika dan Inggris codebreakers Perang Dunia II ketenaran (yang semuanya gagal mendekripsi bagian apapun dalam teks). String ini kegagalan telah mengubah naskah Voynich menjadi subjek terkenal kriptologi sejarah, tetapi juga diberi bobot teori bahwa buku ini hanya tipuan yang rumit-urutan yang bermakna simbol sewenang-wenang.
Buku ini diberi nama setelah Polandia-buku Amerika dealer Wilfrid M. Voynich, yang mendapatkannya pada tahun 1912. Saat ini Voynich naskah disimpan dalam Buku Langka Beinecke dan Manuskrip Perpustakaan Universitas Yale sebagai item "MS 408". Edisi faksimili pertama diterbitkan pada tahun 2005
Kesan keseluruhan yang diberikan oleh lembaran-lembaran naskah tersebut menunjukkan bahwa isinya menyangkut farmakope atau membahas topik-topik di dalam pengobatan abad pertengahan atau modern awal. Namun, perincian ilustrasi yang membingungkan tersebut telah memunculkan berbagai teori tentang asal-usul buku tersebut, isi dari tulisan tersebut, dan tujuan naskah itu dibuat. Dokumen tersebut mengandung ilustrasi-ilustrasi yang menunjukkan bahwa buku tersebut memiliki enam bagian: Herbal, Astronomis, Biologis, Kosmologis, Farmasi, dan resep-resep.


2. Mumi Orang Eropa Di Cina
Sebuah penemuan menakjubkan mumi-mumi berusia 2000 tahun di lembah sungai Tarim Cina Barat terjadi pada awal tahun 90an. Namun yang lebih menakjubkan dibanding penemuan itu sendiri adalah fakta yang mencengangkan bahwa mumi-mumi tersebut berambut pirang dan berhidung panjang. Pada tahun 1993, Victor Mayer seorang profesor universitas mengumpulkan DNA dari mumi-mumi tersebut dan tes-tes yang dilakukannya membuktikan bahwa mayat-mayat tersebut memiliki genetik orang Eropa. Tulisan-tulisan Cina kuno dari milenium pertama SM menyebutkan kelompok-kelompok kaukasus yang berasal dari daerah timur-jauh yang disebut sebagai kaum Bai, Yeuzhi, dan Tocharian. Meskipun begitu, tak satu pun yang benar-benar menyingkapkan bagaimana atau mengapa orang-orang ini berakhir di Cina.

1. Hilangnya Peradaban Lembah Hindus
Kaum Lembah Hindus kuno, peradaban India tertua dan terkenal memiliki sebuah kebudayaan yang merentang dari India Barat sampai Afganistan dan memiliki sekumpulan rakyat sekitar 5 juta orang. Le—peradaban tertua India—merupakan sebuah kelompok yang tampak sehat dan mengesankan di zaman perunggu. Keruntuhan mereka yang mengherankan dan mendadak tersebut menyamai keruntuhan kaum Maya. Kaum Lembah Hindus ini adalah sebuah kebudayaan yang maju secara higienis dengan sistem pembuangan air canggih, dan tempat-tempat mandi yang dibandung secara amat bersih. Sampai saat ini tidak ada keterangan arkeologis tentang tentara, perbudakan, konflik, atau aspek-aspek lain dari masyarakat kuno. Tak seorang pun tahu kemana peradaban ini pergi.