Anak Bisu yang Berbakti


Di propinsi Yin Nan pada kota Kun Ming terdapat seorang anak bisu yang berbakti, dia sangat berbakti sekali. Keluarganya sangat miskin, dia mempunyai seorang ibu yang sudah tua renta, tak peduli perut lapar atau badan kedinginan, dalam hati anak bisu yang berbakti ini bisa mengetahuinya, tak menunggu ibunya memberitahukannya, dia telah tahu semuanya lantaran sedemikian miskin tak ada makanan yang bisa dimakannya.

Anak bisu berbakti ini pergi mengemis sisa makanan dari orang lain untuk dikasih makan ibunya, asalkan sudah mendapatkannya, dia pasti membawa pulang ke rumah dan menaruhnya di depan ibunya, menunggu setelah ibunya duluan makan, diri sendiri barulah makan, ibu kalaulah tidak memakannya, dia juga tidak pernah sudi untuk memakannya. Terkadang menghadapi saat sewaktu ibunya lagi marah, dia akan menunjukkannya mimik wajah yang bisa membuat orang lain jadi tertawa, menari – nari di hadapan ibunya, sampai membuat ibunya tertawa barulah berhenti.

Ibu dia tak ada mempunyai anak yang lainnya, hanya memiliki seorang anak bisu, pada mulanya dia begitu sedih karena anak tunggalnya yang bisu, tetapi lama kelamaan, anak bisu yang begitu berbakti sekali, membuatnya jadi sangat terhibur, malahan merasakan anak bisu yang berbakti ini jauh lebih baik dibandingkan dengan anak lainnya.

Pada suatu kali, ada seorang yang lagi memakan buah semangka, melihat anak bisu yang berbakti ini lewat, lalu memberikan separuh semangka kepadanya, anak bisu ini menganggukkan kepala tanda terima kasih, lalu membawanya pulang ke rumah. Orang yang memakan semangka ini pernah mendengarkan cerita orang, asalkan setiap kali anak bisu berbakti ini mendapatkan makanan, pasti duluan memberikannya kepada ibunya untuk di makan, makanya dia jadi merasa ingin tahu dan mengikuti di belakangnya, berpikir hendak membuktikannya, kemudian benar – benar demikian halnya. Dia benar – benar memuji bahwa anak bisu yang berbakti ini benar – benar berbuat sesuai dengan apa yang diceritakan oleh orang lain mengenai bakti dari anak tersebut.

Kemudian ibu dari anak bisu berbakti ini meninggal, tetangga dikampungnya sedang berdiskusi hendak menyumbangkan uang untuk memakamkan ibunya. Melihat anak bisu itu tergesa – gesa menarik baju dari orang kampung, dan membawa mereka sampai ke samping sebuah sumur, dengan jari telunjuk menunjuk pada sumur itu beberapa kali, pada mulanya mereka tak tahu akan maksudnya, lalu mengambil tali untuk turun ke dalamnya untuk melihatnya, rupanya di bawah sumur ada terdapat begitu banyak uang, cukup untuk membeli baju dan peti mati, dan segala biaya pemakamam yang diperlukannya semuanya telah tercukupi. Semua orang saling memandangi, begitu kaget sekali, juga tak tahu dari mana datangnya uang tersebut. Ada orang berkata ”Anak berbakti ini setiap hari mengemis makanan pulang, pasti melempar uang logam ke dalam sumur, menimbun begitu lama, makanya ada sedemikian banyak uang”.

Anak bisu berbakti ini setelah mengurus pemakamam ibunya, lalu pergi jauh, di jalan Kun MIng tak pernah lagi terlihat akan bayangannya.


Sumber

Tradisi dalam Merayakan Festival Duan Wu (Duan Wu Jie)



Festival Duan Wu (Duan Wu Jie [端午节) yang biasanya jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek merupakan salah satu festival yang penting dalam budaya dan tradisi Tionghoa. Perayaan Festival Duan Wu biasanya diiringi dengan beberapa kegiatan perayaan seperti perlombaan Perahu Naga (Dragon Boat) dan makanan khusus Festival Duan Wu yaitu Bak Cang.

Perlombaan Perahu Naga (sai long zou [赛龙舟])

Perlombaan Perahu Naga atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Dragon Boat adalah kegiatan utama dalam memperingati dan merayakan Festival Duan Wu. Menurut cerita sejarah,  seorang Menteri dan Sastrawan Kerajaan Chu yang bernama Qu Yuan bunuh diri dengan menenggelamkan diri ke dalam Sungai pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Rakyat Kerajaan Chu mengetahui peristiwa tersebut kemudian berbondong-bondong menuju ke sungai untuk mencari Mayat Qu Yuan dengan cara mendayung Perahu. Oleh karena itu, setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek, mereka melakukan perlombaan perahu naga untuk memperingati Qu Yuan dan juga bertujuan untuk mengusir ikan-ikan dan binatang laut agar tidak memakan mayat Qu Yuan. Kegiatan tersebut kemudian menjadi sangat populer di masa Kerajaan Wu, Kerajaan Yue dan Kerajaan Chu.
Pada Dinasti Qing [清朝] di tahun ke 29 Pemerintahaan Kaisar Qian Long [乾隆] atau sekitar tahun 1736, Taiwan mulai mengadakan perlombaan resmi Perahu Naga. Gubernur saat itu Jiang Yuan Jun [蒋元君] memimpin perlombaan Perahu Naga di Kota Tai Nan, Danau Ban Yue Chi. Sampai saat ini Taiwan masih mengadakan Perlombaan Perahu Naga di tanggal 5 bulan 5 Penanggalan Imlek. Demikian juga di Hongkong.
Disamping itu, tradisi perlombaan Perahu Naga juga dilakukan oleh Jepang, Vietnam sampai ke Inggris Raya. Pada tahun 1980, Perlombaan Perahu Naga dimasukkan ke dalam bidang olahraga resmi yang dipertandingkan di Republik Rakyat China untuk memperebutkan “Piala Qu Yuan”. Tanggal 6 Bulan Juni Tahun 1991 (Kalender Imlek : 05-05), di kampung halaman keduanya Qu Yuan ( Propinsi Hunan, Kota Yue Yang) mengadakan Pertandingan Perahu Naga Internasional yang Pertama sehingga kebudayaan Tionghoa ini tetap dapat dipertahankan di masa zaman modern ini.

Makanan Bak Cang (Zhong Zi [棕子])

Dalam Masyarakat Tionghoa, bicara tentang Festival Duan Wu pasti tidak lepas dari makanan khususnya yaitu Zhong Zi atau di Indonesia lebih populer dengan menggunakan bahasa Hokkian dan Teochew yaitu Bak Cang.
Zhong Zi atau Bak Cang yang berkembang hingga saat ini adalah Bak Cang yang terbuat dari beras pulut yang didalamnya diberikan bermacam-macam isi seperti daging babi, daging ayam ataupun Tausa (pasta kacang manis) yang kemudian dibungkus dengan daun bambu dengan bentuk meruncing seperti Intan.

Sumber

Asal Usul Hari Raya Yuan Xiao Jie (Cap Go Meh)


Di Indonesia, Hari Raya Yuan Xiao lebih dikenal dengan sebutan Hari Raya “Cap Go Meh” yang artinya adalah malam ke-15 Tahun Baru Imlek. Bulan Pertama (Zhen Yue [正月]) dalam penanggalan Imlek disebut juga dengan istilah “Yuan Yue [元月]”. Dalam bahasa Mandarin, Malam disebut juga dengan istilah “Xiao [宵]”.  Jadi Yuan Xiao artinya adalah Malam dengan Bulan Purnama pertama dalam Tahun yang baru. Festival “Yuan Xiao” disebut juga dengan Festival “Shang Yuan [上元节]”.
Perayaan Festival Yuan Xiao atau perayaan Cap Go Meh sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu saat Dinasti Han. Pada saat itu, Sebagaian besar Rakyat dan Bangsawan serta Kaisar adalah beragama Buddha yang kemudian mengetahui bahwa setiap Bulan Pertama Tanggal 15 Imlek para Bhikkhu akan melakukan penyalaan pelita untuk menghormati Buddha, maka Kaisar “Han Ming Di [汉明帝]” yang berkuasa saat itu memerintahkan untuk menyalakan Pelita di Istana dan juga semua Vihara untuk menghormati Buddha. Kaisar kemudian juga memerintahkan Rakyatnya untuk menggantungkan Lentera atau menyalakan Pelita di rumah masing-masing untuk menghormati Buddha.
Dalam Agama Buddha, Bulan Pertama tanggal 15 Imlek juga diperingati sebagai hari suci “Magha Puja” yaitu hari berkumpulnya 1250 arahat pada waktu yang bersamaan tanpa adanya kesepakatan terlebih dahulu untuk mendengarkan pembabaran Dhama dari Sang Buddha Sakyamuni, semua Arahat adalah Ehi Bhikku yang artinya adalah ditabhiskan oleh Buddha Sakyamuni sendiri.
Dalam Agama Tao [道教],  terdapat istilah San Yuan Shuo [三元说] yang terdiri dari Festival “Shang Yuan Jie [上元节]” yakni jatuh pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, Festival “Zhong Yuan Jie [中元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 7 Imlek dan “Xia Yuan Jie [下元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 10 Imlek. Mereka masing-masing bertanggung jawab atas Langit, Bumi dan Manusia. Tanggal 15 bulan Pertama adalah Shang Yuan Jie yang juga bertanggung jawab atas Langit, memiliki makna sukacita. Pada Hari tersebut juga harus menyalakan Lampu Pelita.
Dalam Perkembangannya, penyalaan lampu pelita di Dinasti Han hanya satu hari, sampai pada Dinasti Tang menjadi 3 hari, Dinasti Song menjadi 5 hari, Bahkan saat Dinasti Ming, perayaan penyalaan Lampu Pelita ini dimulai pada hari ke-8 sampai hari ke-17 bulan pertama Imlek (tepat 10 hari).  Pada Dinasti Qing, Perayaan Festival Yuan Xiao dipersingkat menjadi  4~5 hari, tetapi bentuk perayaan diperbanyak seperti adanya kegiatan barongsai dan tarian Naga.
Terdapat beberapa cerita dan dongeng mengenai asal usulnya Festival Yuan Xiao (Cap Go Meh), diantaranya adalah Cerita tentang penyalaan Lampu dan Pemberantasan pemberontrakan keluarga Lv di Dinasti Han.

Cerita tentang Penyalaan Lampu

Pada Zaman dulu, banyak terdapat Raksasa dan Binatang buas yang sering menganggu umat Manusia. Oleh Karena itu, masyarakat saat itu membentuk pasukan untuk mengusir raksasa dan binatang buas tersebut. Suatu hari, seekor burung dewa tersesat dan jatuh ke bumi sehingga tidak sengaja dibunuh oleh para pemburu binatang buas tersebut. Kaisar Langit mengetahuinya dan sangat marah sekali yang kemudian memerintahkan para tentara langit untuk menghukum umat manusia dengan cara membakar bumi pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek.
Seorang Putri dari Kaisar Langit yang sangat berbaik hati sangat sedih dan tidak tega untuk melihat umat manusia yang tidak bersalah mengalami penderitaan tersebut. Putri tersebut secara diam-diam turun ke bumi untuk memberitahukan perintah kaisar langit tersebut kepada umat manusia. Orang-orang yang mendengarkannya sangat panik dan takut sekali, beberapa saat kemudian seorang Lansia (lanjut usia) mengeluarkan suatu ide agar setiap rumah menyalakan lampu, petasan dan kembang api pada hari  ke 14, 15 dan 16 bulan pertama penanggalan Imlek untuk mengelabui Kaisar langit. Dengan demikian, Kaisar Langit akan mengira bahwa bumi lagi mengalami kebakaran dan ledakan.
Semua orang menyetujui ide tersebut dan lakukan persiapan masing-masing. Pada malam ke 15 bulan pertama saat Kaisar langit melihat ke bumi, Kaisar Langit melihat bumi terang benderang seperti benar-benar terjadi kebakaran dan juga terdengar suara ledakan selama 3 hari berturut-turut. Dengan demikian, masyarakat saat itu dapat selamat dari musibah kebakaran tersebut dan dapat melindungi harta benda mereka dari bencana. Untuk memperingati keberhasilan tersebut, pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, setiap keluarga menyalakan lampu dan memasang lentera dirumahnya serta membunyikan petasan dan kembang api.

Keberhasilan pemberantasan pemberontakan Keluarga Lv [吕] oleh Han Hui Di

Pada Dinasti Han, setelah wafatnya Kaisar Han Gao Zu [汉高祖] (kaisar pertama Dinasti Han, Liu Bang). Putra dari Permaisuri Lv [吕后] yang bernama Liu Ying [刘盈] naik tahta menjadi kaisar dengan gelar Kaisar Han Hui Di [汉惠帝]. Tetapi Kaisar Han Hui Di sangat lemah dan sifatnya yang pengecut dan ragu-ragu menyebabkan kekuasaannya jatuh ke tangan Permaisuri Lv [吕后]. Setelah Kaisar Han Hui Di wafat, Kekuasaan sepenuhnya diambil alih oleh Permaisuri Lv, banyak jabatan tinggi diduduki oleh keluarga Lv. Para menteri dan pejabat tinggi Dinasti Han sangat marah, sedih dan kuatir akan Dinasti Han yang semestinya adalah milik keluarga Liu, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Permaisuri Lv. Setelah wafatnya Permaisuri Lv, Pejabat-pejabat keluarga Lv yang dulunya mendapat dukungan penuh dari Permaisuri Lv merasa kuatir dan terancam. Mereka yang dipimpin oleh Jenderal  Lv Lu [吕禄] merencanakan untuk merebut kekuasaan kerajaan Dinasti Han.
Perencanaan Rahasia tersebut akhirnya terdengar oleh Liu Nang yang saat itu menjabat sebagai Raja Qi. Untuk melindungi Dinasti Han dari pemberontakan tersebut, Liu Nang memutuskan untuk melakukan penyerangan terhadap keluarga Lv dan kelompoknya.
Setelah berhasil memberantas pemberontakan ini, anak kedua dari Kaisar Han Gao Zu yang bernama Liú héng [刘恒] naik tahta menjadi Kaisar Dinasti Han  dengan gelar Han Wen Di [汉文帝].  Untuk memperingati keberhasilan ini, Kaisar Han Wen Di memerintahkan untuk melakukan perayaan pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, Setiap keluarga di Ibukota diharuskan untuk menggantungkan Lentera, menyalakan lampu dan melakukan Pesta yang meriah di seluruh sudut Ibukota.


Sumber

Asal Usul Festival Qi Xi (Hari Valentine Tionghoa)





Festival Qi Xi (Qi Xi Jie [七夕节]) atau disebut juga dengan Festival Qi Qiao (Qi Qiao Jie [乞巧节]) merupakan salah satu Festival penting  dalam budaya Tionghoa terutama bagi para gadis-gadis muda. Festival Qi Xi memiliki sebuah cerita asal usul yang Romantis sehingga Festival Qi Xi ini sering dianggap sebagai Hari Valentine Tionghoa. Pada Malam Festival Qi Xi yaitu tepatnya bulan 7 tanggal 7 dalam penanggalan Imlek, gadis-gadis muda melakukan permohonan dan doa agar dapat meningkatkan keterampilan seni mereka dan juga memohon supaya mendapatkan suami yang setia dan baik serta mencintainya.

Asal Usul Festival Qi Xi berasal dari sebuah cerita Rakyat yang sangat Romantis mengenai Niu Lang [牛郎] dan Zhi Nu [织女] yaitu si Gembala Sapi dan Gadis Penenun. Cerita Niu Lang dan Zhi Nu ini juga merupakan salah satu dari 4 cerita Percintaaan Romantis China.

Cerita Niu Lang (Si Gembala Sapi) dan Zhi Nu (Gadis Penenun)

Pada Zaman Dinasti Zhou, di Desa Niu Jia [牛家] kota Nan Yang [南阳] terdapat seorang Pemuda yang rajin dan jujur. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia sehingga Pemuda tersebut tinggal bersama Kakaknya. Istri Kakaknya sangat kejam dan selalu memaksa pemuda tersebut melakukan semua pekerjaannya. Pemuda tersebut kemudian dikenal dengan nama Niu Lang yaitu Pemuda  Gembala Sapi.
Pada Suatu Musim Gugur, Istri kakaknya menyuruh Niu Lang menggembala 9 ekor sapi, tetapi pulang harus membawa 10 ekor sapi. Kalau tidak, Niu Lang tidak diperbolehkan pulang ke rumah. Dengan sangat terpaksa, Niu Lang menuruti perintah Istrik Kakaknya.
Niu Lang menggembala kesembilan ekor sapi tersebut ke dalam gunung yang penuh dengan rumput untuk makanan sapi. Niu Lang kemudian duduk dibawah pohon dengan sedih dan memikirkan cara bagaimana dapat membawa pulang 10 ekor sapi. Tiba-tiba seorang Pria Tua yang berambut putih berdiri di depannya dan menanyakan kepada Niu Lang mengapa tampak sedih. Setelah mengetahui penyebab kesedihan Niu Lang, Pria Tua tersebut kemudian senyum dan menasehatinya untuk pergi ke Gunung Fu Niu [伏牛山],  disana terdapat seekor Sapi yang sakit dan jika dirawat dengan baik hingga sembuh, sapi tersebut dapat dibawa pulang ke rumahnya.
Niu Lang kemudian menuruti nasehat Pria Tua tersebut dan berangkat ke Gunung Fu Niu. Akhirnya dia menjumpai seekor sapi tua yang sakitnya sangat parah. Niu Lang dengan sabar merawatnya dan memberikannya makan hingga pada hari ke-3, Kesehatan sapi tua tersebut mulai pulih dan mengangkatkan kepalanya. Sapi Tua tersebut kemudian memberitahukan kepada Niu Lang bahwa dia (sapi tua) adalah Dewa Sapi Abu-abu [灰牛大仙] yang tinggal di Alam Dewa (Langit) tetapi karena melanggar aturan Alam Dewa (Langit) sehingga dihukum untuk turun ke alam manusia (bumi ini). Sapi Tua tersebut mengatakan bahwa luka kakinya harus dicuci dengan air yang berisikan ratusan jenis bunga agar dapat sembuh. Niu Lang kemudian menurutinya dan merawat sapi tua tersebut dengan sabar hingga satu bulan. Sapi tua tersebut kemudian sembuh total dan mengikuti Niu Lang pulang ke rumahnya.
Sepulangnya ke rumah, Istri Kakak Niu Lang tetap bertindak kejam terhadapnya. Beberapa kali ingin membunuhnya, tetapi diselamatkan oleh si Sapi Tua. Akhirnya Niu Lang diusir oleh Istri Kakaknya dari rumah dan tidak memperbolehkannya pulang untuk selamanya. Niu Lang bersama dengan Sapi Tua yang diselamatkanya tersebut  kemudian terpaksa harus meninggalkan rumah Kakaknya.
Pada suatu hari, Dewi Penenun (Zhi Nu[织女]) beserta Dewi-dewi lainnya bermain ke alam manusia (bumi). Atas bantuan si Sapi Tua, Niu Lang berhasil berkenalan dengan Zhi Nu dan timbullah rasa cinta diantara mereka berdua. Zhi Nu kemudian diam-diam turun ke alam manusia dan menjadi Istrinya Niu Lang. Zhi Nu juga membawa ulat sutera dari alam dewa dan mengajari manusia memelihara ulat sutera tersebut serta mengajarkan cara mengambil benang dari ulat sutera tersebut. Zhi Nu juga mengajarkan kepada manusia bagaimana cara menenun Kain Sutera yang baik dan cantik.
Setelah menikah, Niu Lang dan Zhi Nu hidup dengan bahagia, Niu Lang bercocok tanam dan Zhi Nu menenun kain sutera. Mereka memiliki seorang anak putra dan seorang anak putri. Tetapi kebahagian mereka tidak dapat berlangsung dengan lama. Tidak lama kemudian Kaisar Langit di alam Dewa mengetahuinya, Permaisuri Kaisar Langit (Wang Mu Niang-Niang [王母娘娘]) turun ke alam manusia dan memaksa Zhi Nu untuk pulang ke alam dewa.   Sepasang Suami dan Istri yang saling mencintai akhirnya terpaksa harus berpisah.
Niu Lang sangat bimbang dan tidak tahu bagaimana caranya untuk mengejar Istrinya ke alam dewa (langit), tiba-tiba Niu Lang teringat akan kata Sapi Tua bahwa Sandal yang pernah dibuatnya dari kulit Sapi tua tersebut dapat membantunya naik ke langit. Niu Lang kemudian membawa kedua anaknya mengejar Zhi Nu ke langit (alam dewa). Begitu hampir mendekatinya, tiba-tiba Permaisuri Kaisar Langit menciptakan sebuah sungai langit yang luas untuk memisahkan mereka berdua. Niu Lang dan Zhi Nu yang dipisahkan oleh sungai langit tersebut hanya bisa menangis dengan penuh kesedihan. Percintaan Niu Lang dan Zhi Nu ini menyentuh hati puluhan juta burung-burung Murai (Xi Que [喜鹊]) yang kemudian membentuk sebuah Jembatan burung Murai untuk mempertemukan Niu Lang dan Zhi Nu diatas jembatan burung Murai tersebut. Permaisuri Kaisar Langit tidak berdaya melihat kejadian tersebut, akhirnya menyetujui mereka berdua bertemu sekali dalam setahun yaitu setiap malam ke-7 pada bulan 7 menurut penanggalan Imlek.
Oleh karena itu, setiap malam ketujuh (7) bulan tujuh (7), gadis-gadis muda menatap ke langit dan mencari bintang Niu Lang (bintang Altair) dan bintang Zhi Nu (bintang Vega) dengan harapan dapat melihat pertemuan Niu Lang dan Zhi Nu sambil berdoa supaya keterampilan seni mereka dapat sebaik Zhi Nu dan mendapatkan Suami yang setia dan mereka cintai. Dengan demikian tradisi tersebut diadakan secara turun temurun dan akhirnya menjadi suatu Festival yang disebut dengan Festival Qi Xi.
Festival Qi Xi pada tahun 2013 jatuh pada tanggal 13 Agustus 2013.


Sumber

Surat Untuk Tuhan


Seorang bocah sangat ingin melanjutkan sekolah,tetapi orang tuanya tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolahnya. Lagipula ibunya yang sedang sakit membutuhkan biaya untuk membeli obat. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada Tuhan :

    Kepada Yth

    Tuhan

    di Surga

    Tuhan yang baik, saya mau melanjutkan sekolah, tapi orang tua saya tidak punya uang. Ibu saya juga sedang sakit, mau beli obat.

    Tuhan saya butuh uang Rp 20.000 utk beli obat ibu, Rp 20.000 untuk membayar uang sekolah,Rp 10.000 untuk membayar uang seragam,dan uang buku Rp 10.000.

    Jadi semuanya Rp 60.000

    Terima kasih Tuhan, saya tunggu kiriman uangnya.

    Dari : Joe Taslim


Joe Taslim pun pergi ke kantor pos untuk mengirim suratnya.

Membaca tujuan surat tersebut, petugas kantor pos merasa iba melihat Joe Taslim, sehingga tidak tega mengembalikan suratnya. Bingung mau di kemanain surat itu, akhirnya petugas pos itu menyerahkannya ke kantor polisi terdekat.

Membaca isi surat itu, Komandan polisi merasa iba dan tergerak hatinya utk menceritakan hal tsb kepada anak buahnya. Walhasil, para polisi pun mengumpulkan dana utk di berikan ke Joe Taslim, tetapi dana yang terkumpul hanya Rp 55.000,-

Sang Komandan pun memasukan uang yang terkumpul ke dalam amplop, menuliskan keterangan : ” Dari Tuhan di Surga ” dan menyerahkan ke anak buahnya utk dikembalikan ke Joe Taslim.

Menerima uang tsb, Joe Taslim merasa sangat senang permintaannya terkabul, walaupun yang di terima hanya Rp 55.000,-.

Joe Taslim pun bergegas mengambil kertas dan pensil, dan mulai menulis surat lagi :

TERIMA KASIH TUHAN, TAPI LAIN KALI KALO MAU KIRIM UANG, JANGAN LEWAT POLISI, KARENA KALO LEWAT POLISI DI POTONG RP 5.000,-


Hinaan Membawa Berkah


Suatu hari, anak muda ini mengantar penuh muatan berisi puluhan buku ke kantor berlantai 7 di suatu perguruan tinggi ; ketika dia memanggul buku-buku tersebut menunggu di lift, seorang satpam yang berusia 50-an menghampirinya dan berkata : “Lift ini untuk profesor dan dosen, lainnya tidak diperkenankan memakai lift ini, kau harus lewat tangga!”

Anak muda memberian penjelasan pada satpam itu :

“Saya hanya ingin mengantar buku semobil ini ke kantor lantai 7, ini kan buku pesanan kampus ini !”

Namun, dengan beringas satpam itu berkata :

“Saya bilang tidak boleh ya tidak boleh, kau bukan profesor atau pun dosen, tidak boleh menggunakan lift ini!

Kedua orang itu berdebat cukup lama di depan pintu lift, tapi, satpam tetap bersikeras tidak mau mengalah. Dalam benak anak muda itu berpikir, jika hendak mengangkut habis buku semobil penuh ini, paling tidak harus bolak-balik 20 kali lebih ke lantai 7, ini akan sangat melelahkan!

Kemudian, anak muda itu tidak dapat menahan lagi satpam yang menyusahkan ini, lantas begitu pikirannya terlintas, ia memindahkan tumpukan buku-buku itu ke sudut aula, kemudian pergi begitu saja.

Setelah itu, anak muda menjelaskan peristiwa yang dialaminya kepada bos, dan bos bisa memakluminya,sekaligus juga mengajukan surat pengunduran diri pada bosnya, dan segera setelah itu ia pergi ke toko buku membeli bahan pelajaran sekolah SMU dan buku referensi, sambil meneteskan air mata ia bersumpah, saya harus bekerja keras, harus bisa lulus masuk ke perguruan tinggi, saya tidak akan membiarkan dilecehkan orang lagi.

Selama 6 bulan menjelang ujian, anak muda ini belajar selama 14 jam setiap hari, sebab ia sadar, waktunya sudah tidak banyak, ia tidak bisa lagi mundur, saat ia bermalas-malasan, dalam benaknya selalu terbayang akan hinaan security yang tidak mngizinkannya memakai lift, membayangkan diskriminasi ini, ia segera memacu semangatnya, dan melipatkan gandakan kerja kerasnya.

Belakangan, anak muda ini akhirnya berhasil lulus masuk ke salah satu lembaga ilmu kedokteran. Dan kini, selama 20 tahun lebih telah berlalu, sang anak muda akhirnya berhasil menjadi seorang dokter klinik.

Sang dokter merenung sejenak, ketika itu, jika bukan karena security yang sengaja mempersulitya, bagaimana mungkin ia menyeka air matanya dari hinaan itu, dan berdiri dengan berani ?

Dia telah berhutang budi pada security yang menghinanya !


Tradisi Pemujaan Dewa Dapur

Berdasarkan adat resam rakyat China, setiap keluarga pada hari yang ke-23 bagi bulan ke-12 mengikut kalendar China akan mengadakan upacara untuk memuja dewa dapur dan juga dari hari inilah bermulanya sambutan perayaan Tahun Baru China.
Antara dewa-dewi dalam riwayat rakyat China, dewa dapur ialah dewa yang paling bersejarah. Sejak lebih 2000 tahun yang lalu, penduduk China telah mempunyai tradisi untuk memuja dewa dapur.
Khabarnya, dewa dapur ialah dewa yang menjaga dapur dan juga mengawasi tingkah laku semua ahli keluarga. Dewa dapur juga dipuja sebagai dewa penjaga sesebuah keluarga. 


Pada masa lampau, semua keluarga akan menempatkan papan pemujaan dewa dapur di dapur untuk disembah, manakala, gambar dewa dapur juga akan digantung pada dinding dapur. Pada gambar dewa itu terdapat tulisan yang berbunyi "Dewa Pengawas Dunia" ataupun "Ketua Keluarga". Menurut riwayat rakyat China, semasa penghujung sesuatu tahun, dewa dapur akan naik ke syurga untuk melaporkan kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan oleh keluarga yang diawasinya dalam sepanjang tahun itu kepada dewa tertinggi di syurga. Maka, dewa tertinggi akan memutuskan nasib keluarga itu pada tahun yang akan datang berdasarkan laporan dewa dapur itu. Oleh sebab dewa dapur naik ke syurga pada setiap hari yang ke-23 bagi bulan 12 mengikut kalendar China, jadi upacara pemujaan dewa dapur juga diadakan pada hari itu. 


Pada hari upacara pemujaan dewa dapur itu diadakan, semua ahli keluarga akan berkumpul di dapur pada waktu senja. Mereka akan menghidangkan makanan di depan gambar dewa dapur dan membakar colok untuk memberi penghormatan kepada dewa dapur. Antara makanan yang mesti dihidangkan kepada dewa dapur ialah "tang gua", sejenis gula-gula yang sangat melekit. Kononnya, dewa dapur sangat suka makan gula-gula itu, setelah dewa dapur memakan gula-gula itu, mulutnya akan melekat. Jadi, apabila dewa itu naik ke syurg, dewa itu tidak dapat memperkatakan keburukan keluarga itu. Selepas upacara pemujaan yang ringkas, gambar dewa dapur akan dibakar supaya dewa dapur dapat naik ke syurga bersama-sama asap melalui cerobong dapur. Kemudian, pada malam sebelum Tahun Baru China iaitu hari terakhir bagi sesuatu tahun, semua ahli keluarga akan mengadakan upacara menyambut kekembalian dewa dapur dan menggantungkan gambar dewa dapur yang baru pada dinding dapur. Oleh yang demikian, dewa dapur yang baru dapat kembali ke dunia manusia bagi meneruskan tugasnya untuk menjaga keluarga itu. 





Menurut adat resam rakyat China, hari pemujaan dewa dapur juga dianggap sebagai permulaan bagi perayaan Tahun Baru China dan suasana seri perayaan juga semakin terserlah. Di sini, saya akan perkenalkan satu pepatah adat yang membayangkan cara penduduk China menyambut Tahun Baru China. Pepatah itu mengenai tata cara persiapan untuk menyambut ketibaan Tahun Baru China. Pepatah itu berbunyi: tujuh hari sebelum Tahun Baru China menyediakan "tang gua" untuk dewa dapur, enam hari sebelumnya membersihkan rumah, lima hari sebelumnya membuat tauhu, empat hari sebelumnya membeli daging, tiga hari sebelumnya menyembelih ayam, dua hari sebelumnya menguli tepung, sehari sebelumnya membeli minuman keras dan pada malam menjelang ketibaan Tahun Baru China, semua ahli keluarga akan membuat "Jiaozi" iaitu "Chinese dumpling" untuk dijadikan hidangan dan dimakan bersama-sama.

 

Kini istiadat pemujaan dewa dapur itu tidak lagi diamalkan oleh penduduk di bandar, sebaliknya penduduk di kawasan desa masih memegang istiadat itu. Walau bagaimanapun, hari ke-23 bagi bulan ke-12 kalendar China telah menjadi tanda permulaan sambutan perayaan Tahun Baru China.



DEWA PERJODOHAN ( YUE XIA LAO REN, YIN YAN LAO REN )






Yue Xia Lao Ren seringkali disebut Yue Leo Gong (Gwat Loo Kong -Hokkian) yang berarti "orang tua dari bulan". Tugas dewa ini adalah mengurus segala sesuatu yang berkenaan dengan peijodohan. Kelenteng pemujaan Yue Lao Gong yang paling terkenal di Taiwan adalah di Guan Yin Ding.
Kabarnya, pria dan wanita yang berpacaran sering bersembahyang di altamya. Kalau asap hio yang di tancapkan di situ bersatu dan naik bersama - sama, maka kedua pasangan ini boleh menjadi suami istri, tetapi bila asap hio tersebut berpencar, hubungan mereka tidak boleh berlanjut, sebab akan berakhir dengan sia - sia.
Kalau pasangan itu menikah, mereka sebaiknya bersembahyang di depan altarnya dengan membawa kain
merah agar Yue Lao Gong mengikat jodoh mereka.
Hari ulang tahun Yue Lao Gong diperingati pada tanggal 15 bulan 8 Imlik (Pek Gwee Cap Go).
Menurut para ahli sejarah, pemujaan Yue Xia Lao Ren, dimulai pada jaman Dinasti Tang. Dikisahkan pada tahun Zhen-guan ke 2 (628 Masehi), seorang terpelajar, Wei Gu, dalam penggembaraannya sampai di kota Song-cheng. Ia memang gemar melakukan perjalanan untuk memperdalam ilmu sastranya dan sekaligus mencari jodoh.
Suatu ketika ia melihat seorang tua sedang duduk membaca buku, di bawah sinar bulan purnama, huruf dalam buku itu tampak aneh sekali dan belum pernah dilihat. Ketika Wei Gu menanyakan siapa sesungguhnya dia, si tua menjawab bahwa ia bukan berasal dari dunia manusia dan tugasnya adalah merangkapkan jodoh antara pria dan wanita di kaiangan manusia, sedangkan buku yang dibawanya adalah buku yang mencatat perjodohan itu. Lalu si tua mengeluarkan seutas benang merah sambil berkata: "Pria dan wanita yang kakinya telah terikat dengan benang ini akan menjadi suami isteri selama-lamanya."
Ketika menanyakan siapa calon isterinya dan dimana dia sekarang berada, si tua menjawab bahwa wanita calon isteri Wei Gu saat itu masih berusia 3 tahun, mereka akan menikah 14 tahun kemudian.
"Kalau kau ingin melihat calon isterimu ikutlah dengan aku" kata si tua kemudian. Mereka kemudian berjalan kembali ke kota Song-chen dan memasuki sebuah pasar. Disana mereka melihat seorang wanita yang matanya buta sebelah, sedang menjual sayuran, sambil menggendong seorang bocah perempuan berusia 3 tahun. Melihat itu, We Gu jadi naik pitam. Betapa tidak. Ia dari keluarga berada, bagaimana dapat berjodoh dengan seorang wanita anak penjual sayur yang miskin. "Kalau memang dia calon jsteriku, akan kubunuh", katanya. "Semua ini telah ditentukan oleh takdir, anda tak akan berhasil membunuhnya," kata si orang tua aneh, yang kemudian lenyap. Sampai di rumah, Wei Gu mengupah seorang abdinya untuk membunuh anak perempuan penjual sayuran itu. Tergiur akan hadiah yang dijanjikan sang abdi melakukan perintah tuannya. Dia berhasil menusuk anak perempuan itu, tapi tentang hidup atau matinya ia sendiri tak dapat memastikan. Tapi dalam hatinya Wei Gu merasakan penyesalan atas perbuatannya. Untuk melupakan peristiwa itu, ia lalu meninggalkan kota Song-cheng.
Setelah itu Wei Gu telah berusaha beberapa kali meminang gadis dari keluarga terkemuka, tapi ia tetap gagal. Sampai akhirnya ia berhasil memperoleh jabatan di kota Xiang-zhou, ia telah berusia 30 tahun dan tetap membujang. Gubernur Xiang-xhou mempunyai seorang putri yang cantik. Ia terkesan akan pribadi Wei Gu, dan bermaksud menjodohkan dengan putrinya itu.
Mendengar ini Wei Gu girang buka buatan, karena calon isterinya ini tidak saja cantik tapi juga dar
keluarga pejabat tinggi,
Setelah menikah, Wei Gu merasa heran sebab isterinya tidak pernah melepaskan kain penutup pundaknya. Ketika didesak, akhirnya sang isteri mengaku bahwa sesungguhnya ia menyembunyikan bekas luka di pundaknya. Sesungguhnya ia adalah putri wedana dari kota Song cheng. Pada waktu berusia 3 tahun ayahnya meninggal dan ibunya menyusul tak lama kemudian.
Kemudian ia dirawat oleh babu susu nya, sambil berjualan sayur di pasar. Pada waktu itu, tanpa tahu sebab musababnya seorang lelaki berusaha membunuhnya, tapi ia selama hanya pundaknya saja yang terluka. Kemudian pamannya yang sekarang menjadi gubernur Xiang-zhou mengambilnya dan memungut nya sebagai anak .
Mendengar kisah ini Wei Gu jadi terperanjat Ketika ditanyakan apakah babu susunya yang berjualan sayur itu
mempunyai mata sebelah, sang isteri mengiakan.
Begitu juga ketika dicocokkan tanggal peristiwa itu terjadi. Tak pelak lagi isterinya ini adalah bocah perempuan yang disuruhnya untuk dibunuh 14 tahun yang lalu di pasar sayur kota Song-cheng. Dalam penyesalannya Wei Gu lalu menceritakan ikhwalnya mulai dari pertemuannya dengan orang tua aneh di bawah sinar bulan yang kemudian disebutnya sebagai Yue Xia Lao Ren sampai ia menyuruh abdinya untuk membunuh bocah perempuan anak penjual sayur bermata sebelah yang sekarang menjadi isterinya.
Mereka sekarang baru yakin bahwa Yue Xia Lao Ren telah merangkap jodoh mereka, lalu mengadakan sembahyang untuk mengucapkan terima kasih.
Kisah ini kemudian beredar dari jaman ke jaman, dan Yue Xia Lao Ren kemudian dipuja sebagai Dewa yang mengatur perjodohan.

Pemujaannya kemudian tersebar luas ke seluruh negara. Di Tiongkok daratan hampir tiap kota terdapat kelenteng untuk memuja Yue Lao Gong ini, dan yang paling terkenal adalah yang terdapat di kota Hang-zhou.
Yin Yan Lao Ren juga disebut Yin Yan Gong. Ia khusus mengurus buku yang memuat peijodohan. Pria dan wanita yang telah tercatat di dalam buku itu boleh menjadi suami istri. Di Kelenteng Tian Hou Gong (Tainan) terdapat pemudjaan untuk dewa ini hari lahirnya adalah Pek Gwee Cap Go ( Sembahyang Tiong jiu) 


Airmata Putri Meng Jiang meruntuhkan Tembok Raksasa


Putri Meng Jiang dikabarkan pernah hidup pada 2.200 tahun yang lalu semasa dinasti Qin. Keberadaannya telah menjadi legenda dimasyarakat hingga kini, berikut kisahnya :
Sebuah keluarga yang bermarga Meng suatu ketika menanam labu manis disepanjang pagar rumahnya. Tumbuhan tersebut tumbuh dengan pesat dan merambat melewati pagar pembatas yang bersebelahan dengan keluarga bermarga Jiang. Sebuah labu manis besar tumbuh didekat pagar tersebut, saat keluarga Meng membelah labu itu, tiba-tiba muncul seorang gadis cilik dari dalam labu.
Gadis cilik ini kemudian bernama putri Meng Jiang. Dia tumbuh menjadi seorang gadis cantik laksana dewi kayangan, dia juga terkenal ramah dan cerdas, piawai dalam membuat puisi dan bermain musik serta mendalami nilai-nilai Konfusius. Pasangan tua Meng memperlakukannya seperti anak mereka sendiri.
Kaisar pertama dinasti Qin sangat kejam dan lalim. Demi mempertahankan keutuhan dinasti yang baru tumbuh ini, dia memerintahkan ratusan pemuda bekerja sebagai budak untuk membangun Tembok Besar disisi utara tanpa memperdulikan keselamatan jiwa mereka. Banyak pemuda yang meninggal karena kelelahan.
Tersebutlah seorang pelajar bernama Wan Xiliang yang melarikan diri dari rumahnya untuk menghindari kerja paksa tersebut, dia bersembunyi dihalaman belakang keluarga Meng. Tanpa sengaja Putri Meng Jiang menemukannya, dan memberitahu ayahnya. Ayah putri Meng adalah orang yang berhati baik, beliau memutuskan untuk menolong Wan menghindar dari pemerintah.
Selama dalam persembunyiannya dirumah Meng, keluarga Meng akhirnya mengenal dan menyadari bahwa Wan Xiliang adalah seorang pelajar yang cerdas dan baik budi, sehingga mereka menjodohkannya dengan puri Meng Jiang.
Tiga hari setelah perkawinan secara sembunyi-sembunyi mereka, sekelompok petugas pemerintah menggeledah rumah keluarga Meng dan membawa pergi Wan Xiliang. Putri Meng Jiang tahu kalau suaminya akan dijadikan budak pembangunan Tembok Besar. Setahun lamanya dia menunggu, airmata seringkali membasahi bantalnya. Namun tak ada kabar berita dari sang suami. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari suaminya. Namun seberapa jauhkah Tembok Besar itu ? Setelah berjalan kaki berhari-hari lamanya, putri Meng Jiang bertanya kepada seorang kakek tua. Kakek itu menjawab, “Ada suatu tempat yang sangat jauh bernama propinsi You ; Tembok Besar itu ada jauh disebelah utaranya.”
Selama dalam perjalanan putri Meng Jiang mengalami banyak penderitaan. Dia berjalan seharian dan bermalam dimanapun dia berhenti. Dia makan roti dingin dan minum air dari sungai yang dia jumpai. Seringkali dia kelelahan dan kedinginan, namun dia tetap melanjutkan perjalanan, tak peduli hujan dan terik mentari, tanah lapang ataupun pegunungan berbatu. Seringkali dia dibantu oleh beberapa keluarga yang ditemui selama perjalanannya.
Akhirnya putri Meng Jiang tiba di Tembok Besar pada suatu hari musim gugur yang dingin. Hatinya tersayat saat melihat para pekerja membawa muatan yang berat dibawah pengawasan penjaga. Dia lalu bertanya kepada orang-orang dimana suaminya Wan Xiliang berada, namun yang didapat hanyalah kabar suaminya telah meninggal beberapa hari setelah ditangkap. Tubuhnya dikubur dibawah Tembok Besar.
Seketika putri Meng Jiang terguncang oleh kesedihan yang teramat dalam ; dia menangis dan menangis diatas Tembok Besar tersebut, airmatanya mengalir bagaikan sungai. Dia memukul-mukul Tembok Besar itu, menyesali kematian suami dan takdir dirinya. Tangisannya membuat trenyuh para pekerja dan penjaga, sehingga menghentikan pekerjaan mereka dan ikut mencucurkan airmata bersamanya. Langit menjadi gelap dan angin dingin musim gugur menjadi lebih menyengat seperti ikut berduka.
Tiba-tiba sebuah dentuman keras memecah keheningan, sebagian Tembok Besar runtuh, memperlihatkan sisa-sisa tubuh pekerja yang terkubur dibawahnya. Melihat tulang belulang itu, putri Meng Jiang berpikir bagaimana dia dapat mengenali milik suaminya. Kemudian dia teringat perkataan orang kuno bahwa tulang orang yang meninggal hanya dapat menyerap darah anggota keluarganya. Dia lalu menggores ujung jarinya dan membiarkan darahnya jatuh mengucuri tulang belulang itu. Akhirnya dia menemukan tulang belulang suaminya, lagipula dia mengenali kancing baju yang pernah dia jahit untuknya. Putri Meng Jiang mengubur mayat suaminya menurut ritual layaknya sorang istri yang sangat mencintai suaminya.
Menurut legenda, bagian Tembok Besar yang runtuh akibat airmata putri Meng Jiang tidak pernah dibangun lagi (jika dibangun kembali akan segera runtuh). Kisah putri Meng Jiang menjadikan dirinya sebagai sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat Tiongkok dari generasi ke generasi. Kuil persembahan putri Meng Jiang berdiri pertama kali pada waktu dinasti Song, kira-kira 1000 tahun yang lalu, terus terpelihara dan disembah dari permulaan berdirinya Tembok Besar hingga hari ini didaerah Timur.


Dasar Orang Gila



Pada suatu hari di tengah siang bolong, si Memet nongkrong di pos ronda sambil menghisap sebatang rokok. Lagi-asyik-asyiknya merokok sambil menghayal tiba-tiba ada orang gila yang melintas di depannya.

"Wow....! Sangar banget tuh orang gila.... Bawa-bawa clurit segala...." gumam Memet dalam hati.

Sesaat kemudian timbullah keisengan si Memet.

"Pak haji....... Mau pergi kemana ? Ke kebon yah ?" tanya Memet ke Orgil itu.

Mendengar ucapan si Memet, Orang Gila itu berhenti dan menatap si Memet dengan pandangan dalam lalu berjalan mendekati si Memet.

Melihat gelagat yang kurang baik, si Memet bersiap-siap meninggalkan tempat duduknya. Namun tiba-tiba si Orang Gila berlari kearahnya. Si Memet pun kontan saja dengan sigap berlari terbirit-birit, tunggang-langgang, lintang-pukang. Orang Gila itu pun mengejarnya dengan semangat. Kejar-kejaran pun terjadi......

Sial bagi si Memet....., dia salah memilih arah. Dia malah berlari menuju jalan yang terhalang tembok tinggi.

"Alamak.....! Jalan buntu ! Mati gue....! Habis Riwayat gue....! Kenapa juga gue tadi pake ngajak ngomong orang gila itu...." Memet ngomel sendiri.

Si Orang Gila sudah tepat berada di belakang si Memet. Sambil tertawa-tawa, orang gila itu berkata, "Hahahaha..... Kena juga lo ! Mau lari kemana lagi.....".

Memet hanya terdiam dengan wajah yang pucat pasi. Sesaat kemudian, si Orang Gila berkata lagi.....

"Nih...., lo ambil clurit ini...... Gantian dong gue yang lari, elo yang ngejar gue yak......."

"Alhamdulillah....., gue gak jadi mati.... Dasar orang gila !!!"kata Memet dalam hati dan membiarkan si Orang Gila lari sendiri, lalu si Memet lari juga ke arah yang berlawanan.



Adat Istiadat tentang Malam Menjelang Hari Tahun Baru Imlek


Malam tanggal 30 bulan ke-12 penanggalan Imlek, atau chuxi dalam bahasa Tionghoa adalah malam terakhir menjelang hari Tahun Baru Imlek. Chuxi dalam bahasa Tionghoa berarti mencabut malam terakhir supaya menyongsong kedatangan tahun yang baru.
Di antara rakyat Tiongkok, adat istiadat mengenai chuxi banyak sekali. Pada beberapa hari menjelang chuxi, rakyat Tiongkok mempunyai tradisi untuk melakukan pembersihan besar-besaran di rumah. Pada hari terakhir bulan ke-12, baju yang sobek dan lauk-pauk yang belum habis dimakan akan dibuang menjelang datangnya hari Tahun Baru Imlek, dengan maksud agar kemiskinan tidak menjumpai rumah itu.
Setelah pembersihan, seisi keluarga akan mulai memasang kuplet dan lampion perayaan Tahun Baru Imlek, dalam rangka menciptakan suasana riang gembira. Pada malam tanggal 30 bulan ke-12 menjelang hari Tahun Baru Imlek, yaitu chuxiye, seisi keluarga akan berkumpul untuk makan bersama-sama.
Adat istiadat tentang makan malam pada hari chuxi berbeda dari tempat ke tempat di Tiongkok. Di bagian selatan, lauk-pauk yang disajikan pada malam itu harus meliputi tahu dan ikan, yang dalam bahasa Tionghoa lafalnya sama dengan “kaya dan kemakmuran”. Di bagian utara, jiaozi adalah makanan yang tak boleh kurang pada malam chuxi. Jiaozi dalam bahasa Tionghoa melambangkan reuni keluarga.
Pada malam menjelang hari Tahun Baru Imlek, biasanya orang tua akan membawa anaknya ke sanak saudara dan handai taulannya untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek. Sedang di rumah, generasi muda juga harus mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada generasi tua, dan generasi tua harus memberikan hadiah kepada bocah yang belum dewasa.
“Shoushui” atau tidak tidur pada malam menjelang hari Tahun Baru Imlek adalah kegiatan yang umumnya dilakukran rakyat Tiongkok. Anak-anak kecil paling gembira melakukan kegiatan “shoushui” karena bisa merayakan hari raya bersama dengan orang dewasa semalam suntuk, yang penuh dengan suasana riang gembira.


“Bakpao” Makanan Tradisional Tionghoa


Bakpao merupakan makanan tradisional dari Tionghoa. Menurut bahasa Hokkian bakpao berasal dari kata Bak dan Pao. Bak itu berarti daging dan Pao berarti “bungkusan”, jadi bakpao berarti “bungkusan (berisi) daging”.

Bakpao adalah penganan seperti roti, berbentuk seperti tempurung tertelungkup, terbuat dari terigu yang dikukus dengan isi daging, ayam, sayur-sayuran, kacang hijau, selai kacang kedelai, kacang azuki, dan sebagainya, sesuai selera. Bahkan sekarang sudah ada varian baru untuk isi bakpao yang dijual di pasaran, misalnya selai strawberry, cokelat, keju, dan sebagainya. Untuk membedakan isi bakpao biasanya diatas bakpao penjual memberi titikan warna.

Bakpao memiliki sejarah yang sangat berarti bagi masyarakat Tiongkok. Sejarah bakpao merupakan salah satu bagian terkecil dari roman terbaik sepanjang masa, Sānguó Yǎnyì. Penemu legendaris bakpao adalah Zhuge Liang yang merupakan ahli strategis terbaik Cina, perdana menteri, insinyur, dan ilmuwan. Legenda ini berawal ketika terjadi pemberontakan besar-besaran di daerah selatan Tiongkok. Dalam setiap peperangan, Liang tidak pernah menangkap dan membunuh Meng Huo, dengan beberapa alasan untuk kebaikan daerahnya. Meng Huo merupakan raja di daerah selatan yang memberontak. Namun pada peperangan terakhir, yang ketujuh kalinya, Liang terpaksa harus melihat pasukan Meng Huo tewas dan ia merasa sangat berdosa pada langit karena telah membunuh walaupun itu demi keselamatan negaranya. Meng Huo telah ditangkap namun Liang membebaskannya. Sejak saat itu Meng Huo tidak lagi memberontak karena sadar perbuatannya itu hanya merugikan dirinya dan orang-orang daerahnya. Ketika sedang melakukan perjalanan pulang bersama Meng Huo, Liang tertahan karena ada gelombang dan badai di sungai yang harus disebranginya. Meng Huo berkata, “Sejak zaman nenek moyang kami, orang yang ingin melewati sungai itu harus melemparkan 50 kepala manusia untuk persembahan kepada roh sungai.” Karena Liang tidak mau ada pertumpahan darah lagi, ia membuat kue yang menyerupai kepala manusia, bulat namun rata di bagian dasarnya, dan kue itu disebut bakpao. Bakpao telah populer di seluruh dunia sebagai salah satu makanan tradisional Cina meskipun banyak yang tidak tahu asal mulanya.

Di Indonesia bakpao sudah menjadi makanan yang tidak asing lagi. Sejak dulu hingga kini banyak penjual bakpao yang masih aktif berjualan. Penjual dengan gerobaknya yang berjualan berkeliling atau penjual yang sudah memiliki toko sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, varian bakpao kini sudah banyak macamnya. Kepopuleran bakpao dari dulu hingga sekarang memang belum pudar jika dibandingkan dengan jajanan pasar yang dulu sempat bersaing dengan bakpao seperti onde-onde, kue lapis, cenil, dan sebagainya. Karena harganya terjangkau dan penjual yang masih banyak dijumpai di mana-mana, membuat bakpao bukan saja digemari anak-anak, tetapi juga orang dewasa.

Di negara asalnya bakpao merupakan makanan yang biasanya dinikmati pada musim dingin disajikan bersama teh melati untuk sarapan. Bakpao biasanya disediakan di restoran atau kedai makanan yang masih dikukus dalam panci, jadi pada saat kita membeli, bakpao masih terasa hangat. Di Cina biasanya bakpao disajikan sebagai makanan pembuka, lain halnya dengan di Indonesia. Di sini bakpao biasanya dijadikan camilan pengganjal perut sambil menunggu waktu makanan utama tiba.

Bakpao juga termasuk makanan yang mudah dibuat sendiri. Bahan-bahan dan cara membuatnya tidak rumit. Bahkan cukup mudah untuk orang-orang yang sudah sering membuat kue. Bahkan ada beberapa orang yang kini membuat bakpao dengan berbagai bentuk sesuai pesanan, seperti bentuk tokoh kartun favorit atau bentuk-bentuk unik lainnya. Dengan bentuk dan rasa yang semakin bervariasi kepopuleran bakpao sepertinya akan meroket. 
 

OMG!! Ular Ini Menelan Seekor Sapi Secara Utuh

OMG!! Ular Ini Menelan Seekor Sapi Secara Utuh. Yang berikut ini adalah foto binatang yang menarik sekali gan. Langsung saja deh agan semua lihat bagaimana isi perut ular ini setelah dibelah isi perutnya. Ular yang ditemukan sudah tidak bernyawa ini sempat membuat heran beberapa orang setelah mengetahui bahwa didalam perut ular ini terdapat seekor sapi.






Dewa Pintu


Dewa Pintu atau disebut juga dengan Men Shen [门神] adalah Dewa yang bertugas untuk menjaga keselamatan, keharmonisan keluarga serta menghalau makhlus halus yang jahat dari rumah yang dijaganya. Menurut Sejarahnya, Dewa pintu yang kita kenal sampai saat ini adalah 2 orang Jenderal yang sangat terkenal dan berjasa atas berdirinya Dinasti Tang yaitu Jenderal Qin Shu Bao [秦叔宝] dan Jenderal Yu Chi Jing De [尉迟敬德].
Bagaimana ceritanya sampai kedua Jenderal tersebut kemudian dikenal sebagai Dewa Pintu? Berikut ceritanya….
Setelah Kaisar Dinasti Tang yang bernama Li Shi Min [李世民] atau dikenal dengan gelar Kaisar Tang Tai Zong [唐太宗] naik tahta menjadi Kaisar, Dinasti Tang mengalami perkembangan Ekonomi yang sangat pesat dan Kondisi Politik yang Stabil serta kehidupan Rakyat yang Makmur.  Masa Kekuasaan Tang Tai Zong tersebut dikenal juga dengan “Zhēn Guàn Zhī Zhì [贞观之治]”. Kaisar Tang Tai Zong sangat senang dan bahagia melihat masa keemasan Dinasti Tang dibawah pemerintahaannya. Akan tetapi saat terjadinya insiden perebutan kekuasaan, sang kaisar telah membunuh adik dan kakak kandungnya  sendiri dan hal inilah yang sering membuatnya kuatir dan gelisah.
Pada suatu malam, Kaisar Tang Tai Zong sedang tidur dan tiba-tiba terbangun karena mendengar suara tangisan di luar kamarnya serta suara aneh dari atap kamarnya seperti ada orang diatasnya. Disamping itu juga terdapat suara orang yang mengetuk pintu, ada juga yang membanting jendela. Kaisar Tang Tai Zong segera memanggil Pengawalnya  untuk melakukan pemeriksaaan, tetapi tidak menemukan apa-apa. Setiap Kaisar Tang Tai Zhong memejamkan matanya pasti terdengar suara aneh seperti yang disebutkan tadi sampai pagi harinya setelah ayam berkokok.
Esok harinya, Kaisar Tang Tai Zong memanggil para kasim (Tai Jian [太监]), pembantu Istana, dan Pengawal untuk menanyakan kejadian malam tadi. Tetapi semuanya mengaku tidak mendengarkannya. Hal ini membuat Kaisar Tang Tai Zong makin gelisah dan selalu merasakan ada makhluk halus (roh jahat) yang menggangunya.
Malam selanjutnya juga terjadi hal aneh yang sama, malam ketiga, malam keempat, malam kelima, malam keenam sampai malam ketujuh. Pada hari ke delapan, saat rapat kerajaan dimulai, Kaisar Tang Tai Zong menceritakan kegelisahaannya dan hal-hal aneh yang dialaminya  setiap malam kepada para Menteri, Jenderal dan Pejabat tinggi Kerajaan.
Setelah Mendengarkan cerita dan keluhan sang Kaisar, seorang Jenderal yang bernama Qin Shu Bao [秦叔宝] langsung mengajukan diri bersama dengan Jenderal Yu Chi Jing De [尉迟敬德] untuk menjaga sang Kaisar setiap malam dan melakukan investigasi tentang apa yang sebenarnya yang sedang terjadi. Qin Shu Bao mengatakan bahwa dia telah banyak membunuh musuh dan jika mayat-mayat tersebut ditumpukkan bisa menjadi sebuah gunung, tetapi tidak pernah ada makhluk halus atau roh jahat yang mengganggunya. Jadi Qin Shu Bao tidak percaya sama sekali dengan tentang adanya makhluk halus atau roh jahat.  Kaisar Tang Tai Zong sangat senang dan langsung menyetujui dengan usulan tersebut.
Jenderal Qin Shu Bao dan Jenderal Yu Chi Jing De mengenakan Pakaian yang biasa dipakainya saat perang dan menjaga sang Kaisar dengan berdiri di sisi kanan dan sisi kiri pintu kamar sang Kaisar. Karena merasa telah dijaga oleh dua Jenderal yang dipercayanya, Kaisar Tang Tai Zong merasa aman dan tenang sehingga tidur dengan nyenyak dan tidak lagi mendengarkan suara aneh apapun juga. Semenjak dijaga oleh kedua Jenderal tersebut, Kaisar Tang Tai Zong dapat tidur dengan nyenyak dan tidak pernah merasakan kegelisahan dan ketakutan lagi sehingga sang Kaisar dapat tidur dengan nyenyak.
Kaisar Tang Tai Zong juga menyadari bahwa tidak mungkin pula kedua Jenderal tersebut menjaganya setiap malam karena mereka juga perlu istirahat dan ada keluarga masing-masing sehingga sang Kaisar pun memerintahkan pelukis yang terbaik di negerinya untuk melukiskan Gambar yang menyerupai keZAadua Jenderal tersebut untuk ditempelkan di sisi kiri dan kanan pintu kamarnya.
Semenjak lukisan yang menyerupai Jenderal Qin Shu Bao dan Yu Chi Jing De ditempelkan di sisi kanan dan kiri kamarnya, sang Kaisar pun tidak pernah lagi mendengarkan suara aneh seperti yang pernah dialami sebelumnya sehingga dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman. Menurut Kaisar Tang Tai Zong, lukisan tersebut memiliki manfaat untuk menghalau makhluk halus atau roh jahat.
Kaisar Tang Tai Zong juga memuji kedua jenderal tersebut dengan sebutan “Men Shen [门神]” atau Dewa Pintu.
Cara menempel lukisan Jenderal Qin Shu Bao dan Jenderal Yu Chi Jing De (terkenal dengan lukisan Dewa Pintu)  kemudian ditiru oleh Masyarakat umum dengan maksud yang sama yaitu untuk menghalau dan mengusir makhlus halus dan roh jahat agar tidak menggangu keluarga mereka.
Sampai saat itu kebanyakan warga Tionghoa masih mempercayai bahwa dengan menempelkan lukisan Dewa Pintu ini dapat mengusir dan menghalau makhluk halus atau roh jahat sehingga semua anggota keluarga dapat bebas dari gangguan makhlus halus atau roh jahat tersebut.


Ma Gwe – Dilakukan Menyambut Kelahiran Anak






Lain lubuk lain pula ikannya. Demikian orang selalu berkata dalam mengungkapkan perbedaan kondisi yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Tradisi atau kebudayaan antara satu suku dengan suku yang lain juga berbeda, walau terkadang tujuannya sama.
Tradisi yang merupakan warisan leluhur suatu suku atau bangsa tersebut hingga saat ini masih tetap dipertahankan, meskipun ada yang sudah mengalami perubahan. Bagi warga keturunan Tionghoa, acara syukuran atas kelahiran seorang anak tetap dipertahankan hingga saat ini.

Tradisi leluhur dari Tiongkok itu selalu dilakukan pada saat usia anak mencapai satu bulan. Acara yang diberi nama Ma Gwe (satu bulan penuh) ini diisi dengan kegiatan pengiriman doa-doa kepada Yang Maha Kuasa dengan harapan anak tersebut diberikan kesehatan, kemujuran, kemakmuran, keberuntungan dan kejayaan.
Disebutkan, acara seperti ini masih tetap dilakukan warga Tionghoa yang tinggal di Indonesia sekalipun itu merupakan warisan leluhur. Agama yang dianut oleh orang tua si anak tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan acara Ma Gwe. Jadi setiap kelahiran seorang anak, pihak orang tua maupun keluarganya akan membuat acara Ma Gwe. Masalah tempat dan besar kecilnya pesta syukuran itu, tergantung kondisi ekonomi keluarga anak tersebut. ‘’Kalau mereka tergolong mampu, bisa saja membuat pesta meriah di hotel atau ditempat mana saja. Tapi bagi yang kurang mampu, biasanya cukup memberikan bingkisan bagi orang-orang yang dituakan dalam keluarganya serta tetangga terdekat,’’jelas Hendra.
Yang penting, tambahnya, isi bingkisan yang dibagikan itu. Dalam bingkisan tersebut harus ada telur ayam berwarna merah, kue warna merah, kue Ku merah, dan kue mangkok. Sedangkan isi lainnya seperti ketan kuning dan ayam bekakak, hanya sifatnya melengkapi saja. ‘’Ketan kuning dan ayam bekakak itu sering ditemui dalam suatu acara di masyarakat disini (warga Indonesia-red), jadi tidak ada salahnya kita ikutkan juga,’’ kata Hendra.
Menurut Dian Gustiana, warga Jl Samiaji Raya, Kota Bogor, tujuan membuat acara Ma Gwe yang dikuti dengan pemberian bingkisan itu yakni selain memanjatkan doa agar anak tersebut diberikan keselamatan, kemakmuran serta kejayaan, juga sebagai pemberitahuan kepada saudara dan tetangga dekat bahwa di keluarga yang bersangkutan telah lahir seorang anak.


Dikira hantu, perempuan China terjepit di tembok tujuh jam



Seorang wanita di China terjepit di antara celah dinding yang sempit selama tujuh jam sebab penduduk setempat berpikir teriakan minta tolongnya berasal dari sesosok hantu.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Kamis (18/7), insiden ini terjadi saat perempuan tidak disebutkan namanya itu mengambil jalan pintas ketika ingin pulang ke rumahnya di Daerah Feidong, Propinsi Anhui. Dia kemudian mencoba untuk mengambil jalan melalui celah kecil di antara dua tembok.
Namun, dia tidak menyadari celah itu semakin menyempit ketika dia berjalan lebih jauh dan membuatnya terperangkap.
Sayangnya ketika dia minta tolong, pemilik rumah yang tinggal di sisi lain dinding itu mengasumsikan teriakannya adalah hantu. Mereka takut untuk menyelediki suara itu lebih lanjut.
Alhasil, dia harus terjebak sepanjang malam dan terperangkap di antara celah dinding yang sempit. Tangisan minta tolongnya juga tidak ada yang menjawab.
Namun, keberadaan dia akhirnya disadari oleh orang lewat pada pagi harinya. Pemadam kebakaran kemudian dipanggil dan dengan cepat menyelamatkan perempuan itu.
Butuh waktu sekitar 20 menit bagi petugas pemadam kebakaran untuk membongkar salah satu bagian dinding agar cukup membuat lobang dan mengeluarkan wanita malang itu.
Usai dikeluarkan, wanita itu terlihat tampak letih dengan pakaian compang-camping dan ditutupi debu.


Cinta Mati, Wanita Ini Dibakar Hingga Cacat Dan Tetap Setia


Wanita terkadang mencintai pasangannya secara berlebihan. Walau sudah disakiti ataupun diperlakukan dengan tidak baik, banyak wanita yang bertahan dan tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya. Cinta mati, kata yang tepat menggambarkan bagaimana Suaidah (19) yang masih membela mati-matian Raja (21) orang yang sudah membakarnya hingga menderita cacat permanen.
Suaidah Nasution adalah kekasih dari Sahala Raja Aritonang, pria yang telah membakarnya hidup-hidup. Kejadian buruk ini bermula ketika Raja merasa cemburu kepada Suaidah. Merekapun bertengkar dan dengan emosi Suaidah mengambil minyak tanah dan mengguyur tubuhnya sendiri. "Daripada kau tunjangi (tendangi) aku, lebih baik kau bakar saja aku" ujar Suaidah kepada Raja. Raja yang seharusnya mampu berpikir logis dan meredam tindakan Suaidah malah menyalakan api dan api tersebut langsung menyulut tubuh Suaidah.
Suaidah berteriak minta tolong dan kakaknya pun menyiramnya dengan air. Raja tidak melakukan apapun, malah membenturkan kepalanya ke tembok. Tragedi yang terjadi pada tanggal 20 Maret 2013 ini kini tengah diselesaikan di persidangan. Saking cintanya kepada Raja, Suaidah membela kekasihnya itu habis-habisan di pengadilan. "Pertama kami berantam (bertengkar) Pak. Lalu saya siram badan saya dengan minyak lampu (minyak tanah). Dan saya yang minta dibakar. Saya sebenarnya masih cinta sama dia (Raja) Pak," kata Suaidah di hadapan majelis hakim yang diketuai Surya Perdamaian, pada hari selasa (16/7) dikutip dari merdeka.com.
Suaidah kini menderita cacat permanen, namun cintanya kepada Raja tidak berkurang sedikitpun. Suaidah bahkan mengatakan bahwa dirinya masih ingin bersama Raja dan mereka akan menikah. Pernyataan ini tentu membuat orang-orang tidak bisa berkata apapun.  "Dengan kejadian ini, apa kamu masih mau sama dia (Raja)? Dia kan sudah membuatmu cacat," tanya Indra Cahya, hakim anggota. Ternyata, Suaidah menjawab. "Sebenarnya kami berencana mau nikah Pak Hakim. Saya sayang sekali sama dia," ucapnya.
Cinta, membuat seseorang bisa menutup mata akan luka dan hal buruk yang telah terjadi padanya. Cinta bisa menjadi alasan seseorang bertahan walau sudah disakiti berulang kali. Cinta mati, pantaskah dipertahankan?


Ingin Ubah Nasib, Orang Jepang Demam Operasi Garis Tangan


Dunia ramal-meramal kini mulai dikait-kaitkan dengan operasi plastik. Setelah sekian lama Korea membanjiri dunia dengan isu seputar operasi plastik yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakatnya, kini Jepang memulai tren baru dalam operasi plastik, yaitu operasi telapak tangan.
Dilansir dari businessinsider.com, antusiasme terhadap ilmu meramal lewat garis tangan mulai mempertanyakan apakah mengubah garis tangan dengan operasi plastik bisa mengubah keberuntungan nasib mereka.
Takaaki Matsuoka adalah seorang dokter bedah plastik yang pernah dimintai tolong pada tahun 2011, mengaku bahwa dirinya tak pernah mendengar adanya hubungan antara kedua hal tersebut. Ia memberikan contoh bahwa di Korea pernah terjadi operasi semacam ini, namun berakhir dengan luka yang membekas pada tangan pasien di sana.
Klinik Matsuoka sendiri sudah melayani 37 prosedur operasi semacam ini. Setiap operasi menghabiskan 10-15 menit saja dengan membuat sekitar 10 garis tangan di telapak pasien. Penyembuhan ini memakan waktu sekitar beberapa bulan. Biaya untuk operasi ini mencapai $1000 atau sekitar Rp 10 Juta.
Kebanyakan pasien yang menginginkan layanan ini berusia 30 tahun ke atas, berjenis kelamin pria dan wanita yang umumnya sangat percaya pada ramalan keberuntungan. Bagi para pria, mereka ingin garis tangan yang lebih menggambarkan kesuksesan dan peningkatan keuangan. Sementara bagi para wanita, mereka ingin garis tangan yang menguntungkan mereka dalam dunia cinta dan pernikahan.
Meski Takaaki Matsuoka sendiri tak begitu meyakini hubungan antara pengubahan garis tangan lewat operasi dengan berubahnya nasib mereka, namun ia mengaku bahwa beberapa orang memberikan feedback yang positif, misalnya mereka yang pada akhirnya menikah atau mereka yang memenangkan undian setelah melakukan operasi.
"Kalau mereka pikir mereka beruntung, maka mereka akan beruntung," ujarnya. "Sepertinya bukan garis tangan yang benar-benar mendefinisikan kehidupan mereka, pada dasarnya itu hanya kerutan."
Well, bisa saja keberuntungan yang dimaksud adalah sugesti? Entahlah, hidup ini pilihan untuk meyakini sesuatu dalam hidup Anda. Percaya dengan ramalan garis tangan?


Sumber

Pasangan Vampir Sungguhan, Selalu Minum Darah Satu Sama Lain


Anda pernah menonton film Twilight? Film tersebut menceritakan seorang vampir tampan bernama Edward yang jatuh hati pada manusia. Akhirnya, sang gadis bersedia menjadi vampir karena dia juga mencintai Edward. Kisah tersebut sangat manis, dan ternyata ada pasangan ‘vampir’ di dunia nyata yang saling minum darah satu sama lain.




Dilansir dari situs The Sun, nama pasangan yang unik ini adalah Lia (20 tahun) dan Aro (38 tahun). Yang membuat mereka jadi pasangan unik bukan usia yang terpaut jauh atau status Aro yang merupakan ayah lima anak, tetapi kesukaan mereka untuk sama-sama menyukai darah, karena mereka percaya bahwa mereka adalah vampir.

“Saat pertama kali bertemu, saya tahu bahwa Aro adalah belahan jiwaku,” ujar Lia. “Ketika dia mengatakan bahwa dia adalah vampir, hal itu menarik. Saya tidak tahu bahwa vampir benar-benar ada, tapi saya berharap mereka memang ada,” lanjutnya.
Tidak menunggu waktu lama, Lia yang awalnya adalah manusia berubah menjadi ‘vampir’. Vampir biasanya menggigit leher untuk mengubah manusia menjadi vampir, tetapi Lia dan Aro cukup minum darah satu sama lain agar lebih dekat dan memiliki cinta yang kekal.




“Aro memotong lengan belakangnya dan menawarkan darahnya pada saya. Lalu saya juga melukai diri sendiri agar dia bisa minum darah saya,” ujar Lia.
Setelah berubah jadi ‘vampir’, Lia kecanduan darah. Dia harus minum darah empat kali dalam seminggu. Jika tidak minum darah, dia akan merasa lemas. Biasanya mereka akan membeli darah dari rumah pemotongan hewan. Meski demikian, mereka mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu takut.
“Kami tidak akan sembarangan menggigit orang di jalan. Kami hanya saling minum darah (Aro minum darah Lia, Lia minum darah Aro),” tambah Lia.
Pasangan ini mengaku hubungan mereka tidaklah mulus, ayah Lia awalnya tidak setuju dengan hubungan ini, tetapi sekarang sang ayah sudah bisa menerima Aro.



Top Motivasi: Mental Juara itu Perlu !


Pengaruh Mental Juara Bisa Terlihat Dalam Sebuah Kompetisi.

Saya seringkali menonton sepak bola dan mengikuti kompetisinya. Yang cukup menarik ialah bagaimana peran mental juara terhadap keberhasilan sebuah tim. Ternyata, memiliki pemain dengan keterampilan yang mumpuni saja tidak cukup.

Seringkali sebuah tim bertabur bintang tidak bisa menjadi juara, bukan karena masalah kemampuan fisik tetapi justru karena hilangnya mental juara.

Pengaruh mental pada pertandingan memang dengan mudah bisa kita lihat. Misalnya dalam pertandingan sepak bola, tuan rumah selalu memiliki peluang menang lebih besar dibandingkan saat bertamu karena mendapatkan dukungan mental dari penonton. Ini menunjukkan bahwa peran mental juara dalam sebuah pertandingan sangat besar.

Mental Juara Bukan Untuk Olah Raga Saja

Tentu saja, yang dimaksud mental juara itu bukanlah dalam bidang olah raga saja. Bukan dalam pertandingan saja, tetapi juga untuk berbagai bidang lainnya.

Mental Juara Diperlukan Dalam Karir

Yup, jika Anda ingin memiliki karir yang sukses, langkah pertamanya adalah Anda harus membangun mental juara. Banyak karyawan dengan potensi yang luar biasa, tetapi karena tidak memiliki mental juara, maka semua potensinya terabaiknya. Dia tidak tidak mau memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya sehingga tidak menjadi yang terbaik.

Juara Dalam Bisnis = Untung Besar

Jika Anda memiliki produk atau jasa juara, maka produk dan jasa Anda akan lari manis. Jika Anda memasarkan produk dengan cara juara (baca yang terbaik) maka dia pun akan mendapatkan hasil yang terbaik. Siapa pun suka yang terbaik. Jika Anda terbaik dalam bisnis Anda, maka otomatis Anda akan mendapatkan untung yang terbaik.

Juara Sejati Memiliki Sikap Sportif

Quote:Tentu saja, yang dimaksud disini bukan cara meraih juara dengan menghalalkan segala cara. Seorang juara sejati akan selalu bertindak sportif. Apa jadinya jika kita juara tetapi didapat dengan cara yang tidak baik? Maka sesungguhnya gelar juara akan terasa semua. Anda tidak benar-benar juara, hanya secara resmi saja.

Berlaku curang, sikut kiri sikat kanan, dan mencuri start bukanlah sikap seorang juara sejati. Juara sejati berusaha untuk menjadi yang terbaik, bukan sekedar mencari gelar juara. Selalu ingin menjadi yang terbaik adalah mental juara yang benar, bukan sekedar mendapatkan gelar, penghargaan, bonus, atau piala.

Mulailah Dengan Percaya Diri

Salah satu mental juara itu adalah percaya diri. Dia yakin bahwa dia mampu menjadi juara. Hanya orang yang percaya dirilah yang berani masuk gelanggang untuk bertanding. Percaya dirilah yang akan menjadi dia bertindak dengan cara yang terbaik.

Juara Itu Bukan Berarti Sombong

Seorang juara sejati akan bertindak, kemudian melakukan apa yang dia lakukan sebaik mungkin. Bukan dengan cara hanya omdo (omong doank) sambil menjatuhkan dan menjelekan lawannya. Sikap seperti ini sama sekali tidak menggambarkan mental juara. Justru, sikap sombong datang karena dia tidak percaya diri menjadi juara. Dia akan berusaha menjatuhkan lawan dengan omongan supaya dia dianggap juara.

Juara Sejati Mengakui dan Menerima Kekalahan

Dia tahu, bahwa kekalahan bukanlah kiamat. Mungkin dia tidak menjadi juara pada pertandingan kali ini. Tetapi dia tidak berhenti, dia mengambil hikmah sehingga pada pertandingan berikutnya dia bisa tampil lebih baik lagi. Dia tidak menyesal, tidak terpukul, dan tidak juga menyalahkan lawan. Menyalahkan lawan hanya akan menutup mata kita melihat kekurangan diri untuk diperbaiki.

Apakah Anda memiliki mental juara? Apakah Anda ingin membangun mental juara?


Sumber